Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com. Dalam rangka peningkatan produksi budidaya ikan lele, Dinas Perikanan Pemerintah Kabupaten Karo, menghimbau pembudidaya agar lebih selektif dalam memilih benih yang akan dibudidayakan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kematian sebelum masa panen.
"Dari hasil demo plot (demplot) yang kita lakukan di beberapa kelompok pembudidaya ikan (pokdakan). Benih lele yang dibudidayakan dibawah ukuran 5 cm, banyak yang mengalami kematian", ujar Kadis Perikanan Kabupaten Karo, Sarjana Purba, kepada medanbisnisdaily.com, Senin (3/2/2020).
Dari hasil survei tersebut, Dinas Perikanan Kabupaten Karo, berkesesimpulan bahwa benih lele yang ditabur dengan ukuran panjang 5-7 cm, lebih banyak bertahan hidup. Sehubungan hasil demplot yang di mulai sejak akhir 2019 lalu, maka pembudidaya dianjurkan untuk menabur benih ukuran minimal lima centimeter.
"Dari hasil uji coba, banyak benih lele dibawah ukuran 5 cm mengalami kematian dan rentan serangan penyakit bakteri aeromonas. Itulah maksud dan tujuan demplot yang kita buat, agar mengetahui kendala lapangan. Penelitian ini tentunya dapat menekan cos biaya pembelian benih kedepannya", papar Sarjana Purba.
Serangan aeromas itu sendiri pada benih lele yang dibudidayakan, sesuai keterangan Sarjana Purba tidak terdeteksi dan merupakan bawaan dari kolam penangkar. Ketika dipindahkan ke kolam budidaya belum terlihat adanya tanda-tanda serangan bakteri. Sehubungan Kabupaten Karo berudara dingin, maka suspect dari kolam penangkar langsung klinis.
"Untuk mengantisispasi serangan bakteri aeromonas pada benih lele, akan dilakukan penelitian lebih lanjut. Kolam penangkar kita tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan benih. Kekurangannya diambil dari luar daerah, dan umumnya berhawa panas. Perubahan cuaca sangat berpengaruh. Kedepannya kita akan menambah kolam penangkar", beber Sarjana.