Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Cabai merah bisa dibilang primadona bagi petani di Sumatra Utara (Sumut). Dilabeli sebagai langganan pemicu inflasi karena harganya sering 'menguras dompet', petani mengganggap cabai merah sangat menguntungkan. Sayangnya, di sejumlah sentra cabai di Sumut, banyak petani yang kini beralih ke tanaman lain, salah satunya di Kabupaten Batubara.
"Petani rata-rata beralih ke tanaman padi dan sayuran. Karena dinilai lebih menguntungkan dibandingkan cabai yang sangat rentan terhadap hama," kata petani cabai di Desa Pematang Jering, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara, Suhendra, ketika dihubungi medanbisnisdaily.com, Rabu (5/2/2020).
Suhendra mengatakan, dulunya, daerahnya merupakan salah satu sentra cabai di Kabupaten Batubara. Tapi kini, tinggal 20% petani yang bertanam cabai. Peralihan ini salah satunya disebabkan hama terik keriting api. Hama ini menyerang pucuk buah atas hingga habis. Biasanya, serangan terjadi saat tanaman berumur 2 bulan lebih. Itu sebabnya petani dipastikan akan gagal panen jika hama tersebut sudah menyerang tanaman cabai.
Selain tidak ada penyuluhan dari dinas terkait, petani juga harus menghadapi lahan yang juga sudah banyak terserang hama. Sehingga, banyak diantara lahan tersebut harus dibiarkan menganggur hingga benar-benar steril dari hama.
"Itu yang membuat petani beralih untuk menanam padi dan sayuran saja. Lebih aman. Tentu sangat disayangkan. Karena tadinya kami ini sentra cabai merah," kata Suhendra.
Sementara itu, untuk harga jual cabai merah di tingkat petani saat ini berkisar Rp 28.000 hingga Rp 30.000/kg. Berbeda sekitar Rp 8.000 hingga Rp 10.000 dibandingkan harga di pasar yang berkisar Rp 36.000 hingga Rp 40.000/kg.
Kepala UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, Marino, mengatakan, petani cabai di Kabupaten Batubara sebelumnya memang sudah direkomendasikan untuk tidak terus menerus menanam cabai. "Karena jika tidak ada jeda, maka sangat rentan terhadap hama. Apalagi saat harga murah, petani akan membiarkan tanamannya dan tidak merawat, hingga terserang hama. Jadi jika sekarang sudah ada yang beralih ke tanaman padi dan sayuran, itu artinya rekomendasi kita dilakukan," katanya.