Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kenaikan harga kakao di pasar internasional yang kini berkisar US$ 2.900/metrik ton dari sebelumnya 2.801/metrik ton-nya ikut mengerek harga di tingkat petani. Di Sumatra Utara (Sumut), saat ini harga jual kakao berkisar Rp 20.000/kg dari sebelumnya Rp 18.000/kg. Begitupun, harga ini masih bisa lebih mahal sekitar Rp 5.000/kg jika petani menjualnya ke agen, bukan ke pedagang pengumpul.
"Harganya memang terus naik. Ke depan, harganya bisa lebih mahal lagi karena buahnya sekarang berkurang. Kalau buahnya berkurang pasti harga naik. Kami memperkirakan pekan depan bisa Rp 22.000/kg," kata petani kakao di Desa Sangga Lima Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat, Suparmin, Senin (10/2/2020).
Suparmin mengatakan, saat ini memang sedang musim terangan sehingga buah sedikit. Kalau musim terangan, buah berkurang karena banyak panas. Ini membuat pentilnya banyak yang kering sehingga panen sedikit.
Dari awal tahun, harga kakao memang terus berada di tren positif. Meski petani belum pernah mendapatkan harga Rp 25.000/kg, tapi harga yang didapatkan petani saat ini sebesar Rp 20.000/kg, sudah termasuk level ideal. Jadi dengan harga saat ini, petani sudah termasuk untung setelah dipotong biaya operasional.
Untuk kadar air yang dijual petani, Suparmin mengatakan, tidak pernah menghitung. Tapi petani biasanya menjemur 2-3 hari dan tidak dihitung lagi oleh pedagangnya.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, salah satu faktor yang mendorong harga kakao adalah faktor cuaca di sekitar kawasan ivory coast yang memicu kenaikan harga kakao.
"Tren kinerja harga kakao memang memiliki fluktuasi beragam sejak November 2019 lalu. Ini terlihat dari grafik perubahan harga komoditas dunia. Tapi dua pekan terakhir, harga kakao mulai menunjukkan grafik meningkat," katanya.