Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kran impor komoditas dari Cina yang dihentikan akibat virus corona, berpotensi mengerek inflasi Sumatra Utara (Sumut). Pasalnya, Sumut yang selama ini bergantung ke Cina untuk pasokan bawang putih, kini mulai kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar.
"Saat ini harga bawang putih sudah dua kali lipat dari harga biasanya. Sudah di atas Rp 50.000/kg dari biasanya sekitar Rp 26.000/kg. Apalagi dari keterangan salah seorang importir di Medan, ia sudah tidak punya stok lagi. Ini tentu berita buruk bagi inflasi Sumut," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, Rabu (12/2/2020).
Wiwiek mengatakan, tekanan inflasi akibat bawang putih akan mulai terlihat di Februari ini. Wiwiek berharap, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) mulai mencari negara importir bawang putih baru. Agar dampak bawang putih tidak berlangsung lebih lama.
"Kemendag harus segera membuka kran impor untuk bawang putih dari negara lain. Karena proses dari pembukaan kran impor hingga penunjukan importir dan pemesanan komoditi akan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Jadi jangan sampai masuk bulan puasa, masalah bawang putih belum teratasi," katanya.
Dengan kondisi ini, maka peluang Sumut untuk bisa kembali deflasi selama 4 bulan berturut-turut menurut Wiwiek akan sulit untuk tercapai kembali. Karena pada September hingga Desember 2019, Sumut berhasil mencetak deflasi.
Wiwiek mengatakan, pada Februari ini, selain bawang putih, komoditi yang diprediksi kuat akan menjadi penyumbang inflasi adalah cabai merah.
Wiwiek mengatakan, BI memprediksi inflasi 2020 ini akan lebih meningkat dari tahun 2019. Namun masih berada di dalam sasaran inflasi nasional 3±1% (yoy). Sementara inflasi Sumut diprediksi berada di kisaran 2,80-3,20%.
Kenaikan inflasi akan didorong oleh penyesuaian tarif yang dilakukan pemerinta, seperti BPJS Kesehatan, cukai rokok, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan tarif tol. Di samping itu, produksi bumbu-bumbuan khususnya cabai merah masih belum optimal di tengah permintaan yang tinggi.