Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Lesunya sektor industri Sumatra Utara (Sumut) sepanjang tahun 2019 membuat permintaan bahan baku maupun barang modal dari luar negeri ikut terpangkas. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor Sumut sepanjang tahun 2019 senilai US$ 4,525 miliar. Realisasi ini turun 19,93% atau US$ 1,126 miliar dibandingkan tahun 2018 senilai US$ 5,652 miliar.
Tercatat, impor bahan baku penolong terpangkas paling besar. Penurunannya mencapai US$ 779,299 juta dari US$ 4,281 miliar menjadi US$ 3,502 miliar di tahun 2019. Sementara impor barang modal turun US$ 209,644 juta dari US$ 808,191 juta menjadi US$ 598,548 juta dan barang konsumsi turun US$ 137,743 juta menjadi US$ 425,079 juta dari sebelumnya US$ 562,822 juta.
"Penurunan impor memang karena industri kita kurang menggembirakan di tahun lalu. Hal itu imbas dari perlambatan ekonomi global. Karena kebutuhan impor memang untuk industri, ya penurunannya cukup besar," kata Ketua BPD Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Sumut, Dianto MS, Kamis (13/2/2020).
Jika merujuk pada data BPS, dari 10 golongan barang utama yang memang dibutuhkan industri, hanya satu yang naik yakni impor besi dan baja sebesar 6,58%. Selebihnya pembeliannya terpangkas, diantaranya impor mesin-mesin/pesawat mekanik yang turun 16,69%, bahan bakar mineral turun 38,77%, ampas/sisa industri makanan turun 14,08%, plastik dan barang dari plastik turun 11,17%, bahan kimia anorganik sebesar 15,71%, karet dan barang dari karet turun 10,04%, mesin/peralatan listrik turun 37,02%, benda-benda dari besi dan baja turun 8,09%, gandum-ganduman turun 23,10%.
Menurut Dianto, sebagaian besar impor Sumut yang merupakan kebutuhan industri memang sangat tergantung pada kondisi perekonomian global. Meski untuk sejumlah barang impor ada yang dibatasi karena pemerintah menjaga neraca perdagangan, tapi impor yang menurun lebih besar dipengaruhi kondisi sektor industri yang lesu.