Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan wabah penyakit yang melanda dunia yang asalnya diduga berasal dari negeri tirai bambu, Cina. Penyebarannya luar biasa cepatnya dan juga merenggut banyak nyawa. Virus yang menyebabkan banyaknya angka kematian tersebut bernama 2019-nCoV atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan wabah pneumonia) di Kota Wuhan, Cina pada Desember 2019, dan telah menyebar ke negara lainnya sampai dengan hari ini, Februari 2020.
Penyakit ini menyebar melalui percikan air liur dari pengidap virus ini, menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi, menyentuh mata, hidung atau mulut serta tinja dan feses. Dan masa inkubasinya berlangsung antara 2-14 hari. Penyakit yang diakibatkan virus ini juga membawa gejala-gejala, seperti demam yang cukup tinggi, batuk dengan lendir, sesak napas dan nyeri pada dada atau sesak saat bernafas atau batuk.
Berdasarkan update terbaru bahwa virus corona telah menyebabkan 1.383 orang meninggal dan 64.443 orang terinfeksi dan WHO (World Health Organisation) atau organisasi kesehatan dunia menyatakan bahwa ini adalah kejadian luar biasa bagi dunia dan harus ditangani lebih lanjut agar penyebaranya tidak meluas.
Menyadari hal ini banyak sekali organisasi kemanusiaan yang ikut turun tangan dalam membantu pemerintah untuk menangani masalah penyebaran virus corona ini, termasuk di dalamnya dalam pemberian masker gratis kepada setiap orang yang membutuhkannya. Bahkan Pemerintah Cina membangun pabrik masker dalam waktu singkat dan membagikan secara gratis kepada orang yang membutuhkannya agar bisa mengangkal penyebarannya secara cepat. Dan diikuti Jepang, Hongkong dan negara lain turut berpartisipasi dalam memberikan masker gratis kepada orang yang membutuhkannya tanpa meminta bayaran atau tanpa dijual sama sekali.
Masalah terjadi adalah ketika kita melihat ada banyak sekali orang memanfaatkan momentum ini untuk meraup keuntungan di kala banyak orang sedang mengalami masalah serius yang disebabkan oleh virus ini. Seperti contohnya banyak ditemukan penjualan masker yang tidak pada harga yang sewajarnya. Yang awalnya harga masker hanya berkisar Rp 24.000 – Rp 35.000 per kotaknya, dan sekarang dijual oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan harga berkali-kali lipat di atas harga normalnya. Dan bahkan stok masker habis di mana-mana. Tentu hal ini tidaklah benar, di mana orang sedang mengalami kesusahan dan ada oknum-oknum tertentu memanfaatkan hal ini untuk mendulang keuntungan.
Jika kita bisa melihat dengan pikiran bersih, sesungguhnya di mana lagi letak sisi kemanusiaan kita sebagai manusia yang memanfaatkan celah untuk mendapatkan keuntungan yang tidak wajar. Kita terlahir dengan membawa pesan kemanusiaan dan kita hidup dengan memilih agama kita masing-masing yang tentunya mengajarkan kita tentang kebaikan. Akan tetapi hal yang dilakukan tidak mencerminkan kita memiliki satu sisi kemanusiaan yang berarti. Tentunya hal ini sangat tidak etis, dan kemudian saya bertanya ke manakah sisi kemanusiaan yang kita kumandangkan selama ini.
Sejak kita duduk di bangku sekolah kita sudah diajarkan untuk selalu berbuat baik kepada sesama, menolong orang yang membutuhkan bantuan kita dan bukan malah mempersulit atau menyakiti mereka. Dan itu hanyalah teori belaka dan menjadi tidak bermanfaat jika tidak dipraktikkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat kejadian ini yang telah mendunia ini hendaknya kita dapat membangkitkan sisi kemanusiaan kita menjadi lebih peka lagi. Teori dan praktik tentang kemanusiaan harus kita berikan sejak masih di sekolah dasar dan bahkan sampai ke perguruan tinggi, dan harus berjalan beriringan. Pengembangan karakter sangat dibutuhkan di negeri ini, khususnya Indonesia, agar kelak muncul orang-orang yang memiliki karakter baik tidak hanya bagi diri mereka sendiri, melainkan juga baik bagi orang banyak.
===
Penulis adalah seorang pendidik dan pemerhati pendidikan.
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya orisinal, belum pernah dimuat dan tidak akan dimuat di media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPG) dan data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan). Panjang tulisan 5.000-6.000 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]