Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) menilai, penyebaran dokter spesialis di wilayahnya memang masih belum merata. Karena sampai sejauh ini, masih ada beberapa kabupaten/kota yang sama sekali belum memiliki dokter spesialis, namun di beberapa wilayah lain malah dokter spesialisnya berlebih.
Kepala Bidang Layanan Kesehatan (Kabid Yankes) Dinas Kesehatan Sumut, dr Nelly Fitriani, mengaku, oleh sebab itu, pihaknya ingin menghadirkan pelayanan kesehatan yang berkualitas merata dan memudahkan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Karenanya diinisiasi untuk menghadirkan tenaga kesehatan utamanya dokter spesialis ke fasilitas kesehatan seperti RSUD dan Puskesmas. Dengan begitu, kata dia, maka dapat dilakukan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
"Dinkes Sumut telah memprogramkan dokter terbang untuk memaksimalkan pemerataan layanan kesehatan. Program dokter terbang ini adalah penempatan/penyediaan dan pengiriman dokter spesialis ataupun dokter subspesialis ke RSUD dan Puskesmas," ungkapnya usai membahas program dokter terbang bersama dengan pihak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik di Kantor Dinas Kesehatan Sumut, Senin (17/2/2020).
Nelly menyebutkan, pada tahun 2020 ini telah dianggarkan dalam APBD Sumut untuk program dokter terbang yang akan ditempatkan pada enam rumah sakit (RS) rujukan regional, terpencil, dan di sekitar kawasan wisata Danau Toba. Diantaranya jelas dia, RSUD dr Djasemen Saragih, RSUD Rantau Prapat, RSUD Gunung Sitoli, RSUD Padang Sidempuan, RSUD dr Hadrianus Sinaga, dan RSUD Porsea.
"Sebanyak lima dokter spesialis nantinya akan ditempatkan masing-masing dari enam rumah sakit tersebut. Namun, enam rumah sakit itu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Seperti spesialis neurologi anak, penyakit anak, kebidanan dan kandungan, patologi klinik, rehabilitasi medik, bedah vaskuler, radiologi, spesialis kulit dan kelamin, bedah syaraf, jantung, jiwa, anastesi, paru, mata, dan lainnya," jelasnya.
Selain itu, sambung dia, dokter terbang juga akan ditempatkan di Puskesmas pedesaan, daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan atau daerah bermasalah kesehatan stunting. Akan tetapi, tahun ini baru Puskesmas di empat kabupaten saja, yaitu Paluta, Madina, Nias dan Asahan, dimana masing-masing Puskemas ada tiga dokter spesialis, dengan kebutuhan spesialis anak, obgyn/kandungan dan penyakit dalam.
"Untuk dokter terbang di enam rumah sakit, disediakan biaya transport, jasa medis dan honorarium Rp 25 juta per bulan untuk per dokter. Sedangkan tenaga untuk Puskesmas disediakan biaya transport lokal dan honorarium Rp 2 juta per kunjungan per bulan," terangnya.
Lebih lanjut Nelly mengatakan, masa penempatan dokter spesialis perperiode ialah satu bulan sekali. Hal itu dilakukan agar para dokter nantinya tidak bosan.
"Dinkes Sumut telah mengadakan MoU dengan Dinkes Kabupaten/Kota dan rumah sakit daerah. Dari MoU tersebut, diperoleh kesepakatan mengenai kesediaan mengirimkan dokter spesialis dari rumah sakit daerah setempat atau terdekat ke Puskesmas beserta waktu pelaksanaan," tuturnya.
Dia menambahkan, tujuan dari dokter terbang ini tak lain untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat Sumut. Kemudian, pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh dokter spesialis di rumah sakit dan Puskesmas (terpencil, perbatasan dan kepulauan), mendekatkan akses pelayanan dokter spesialis ke masyarakat, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit dan Puskesmas.
"Harapannya terwujud pemerataan kualitas pelayanan kesehatan, sehingga hak masyarakat akan kesehatan berkualitas terpenuhi," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP Haji Adam Malik, dr Nurna Fauziah mengaku mendukung program dokter terbang yang dilakukan oleh Dinkes Sumut. Namun demikian, merealisasikan program ini tidak sesederhana yang dipikirkan. Sebab, menyangkut kesiapan RSUP Haji Adam Malik.
"Karena kita merupakan rumah sakit tipe A, maka pastinya sudah melayani layanan subspesialis. Akan tetapi, tenaga dokter spesialis yang ada belum mencukupi setiap divisi. Oleh karenanya, hal ini menjadi persoalan yang harus dipikirkan bersama mencari solusinya," tandasnya.