Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Anggota DPRD Sumatera Utara yang juga seorang dokter spesialis bedah, Poaradda Nababan, menyesalkan kebijakan kebanyakan pengelola rumah sakit (RS) yang tidak berani mempekerjakan setiap dokter spesialis hanya di satu RS, alias full timer. Para dokter rata-rata bekerja di tiga RS dalam waktu yang sama.
Akibatnya, ujar Poaradda, sistem pelayanan kesehatan RS khususnya di Sumut menjadi buruk. Para pasien pun lebih memilih berobat ke luar negeri (LN), seperti ke Penang (Malaysia). Padahal kemampuan dokter-dokter spesialis di Indonesia tidak kalah.
"Sudah ada riset yang memperlihatkan sebanyak 60%-70% peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang berobat ke luar negeri. Data itu tidak bisa dibantah lagi, itu karena sistem pelayanan di RS di Sumut sangat buruk," kata Poaradda saat rapat dengar pendapat Komisi E dengan 4 RS swasta di Kota Medan, Rabu (19/2/2020).
Keempat RS dimaksud adalah RS Columbia Asia, Siloam, Murti Teguh dan Royal Prima. Masing-masing RS diwakili direktur utama serta manajer operasionalnya.
Menjelaskan pengalamannya sebagai dokter, Poaradda yang berasal dari Fraksi PDI Perjuangan, menyatakan, di sepanjang kariernya, dia setia bekerja hanya di satu RS. Dari pendapatan yang diperolehnya dia tidak menjadi miskin atau berkekurangan.
Itu pula kenapa dia meminta agar keempat RS tersebut berani membuat kebijakan sebanyak mungkin mempekerjakan seorang dokter hanya di satu RS.
"Tidak mungkin ada dokter yang bisa maksimal melayani pasien jika bekerja di 2 atau 3 RS dalam waktu yang sama," tegasnya.
Berdasarkan fakta yang dipaparkan di RDP, maksimal hanya ada 20% dokter yang dipekerjakan di satu RS. Di RS Murni Teguh, ada 32 dokter spesialis dari 152 dokter yang berstatus full timer. Di RS Columbia Asia lebih sedikit, cuma 25 dari 181 dokter. Sedangkan di RS Royal Prima, 22 dari 130 dokter. Dan di Siloam hanya 9 dari 98 dokter berstatus full timer.
Atas situasi pelayanan kesehatan yang memprihatinkan tersebut, Ketua Komisi E, Dimas Tri Adji, menantang setiap RS untuk berani mendeklarasikan diri sebagai RS dengan jumlah dokter terbanyak yang berstatus full timer. Bekerja secara penuh hanya di satu RS.
"Saya yakin jika ada RS yang berani mendeklarasikan diri sebagai RS dengan jumlah dokter terbanyak full timer, minimal 50%, kepercayaan masyarakat kepadanya akan naik," tegas Dimas yang berasal dari Partai Nasdem.
Direktur Utama RD Murni Teguh, Togar Siallagan, menyatakan tantangan oleh Dimas sangat mungkin diwujudkan. Apalagi dengan adanya kerja sama RS dengan Jaminan Kesejahteraan Nasional. Membuat pembiayaan operasional perusahaan jadi lebih baik.
Togar menjelaskan, secara bertahap dari 20% RS Murni Teguh akan memperbanyak dokter di tempat mereka yang berstatus full timer. Walau tidak mudah, sebab masih banyak di antara para dokter yang berstatus ASN.
"Sangat memungkinkan hal itu kita lakukan, tetapi harus bertahap," terang Togar.