Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pihak PT North Sumatra Hydro Energy (NSHE) menegaskan, pembangunan PLTA Batang Toru yang akan mereka kerjakan di kawasan hutan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara mulai 2021, tidak akan mengganggu habitat Orangutan Tapanuli. Mereka menampik tudingan miring atas mega proyek ini bagian dari kampanye hitam kelompok tertentu. Sebaliknya, PT NSHE justru mempertanyakan komitmen ekologis sejumlah perusahaan lainnya yang sudah lebih beroperasi di kawasan hutan Batang Toru.
Hal itu disampaikan Emmi dari PT NSHE saat menggelar konferensi pers di Cambridge Hotel, Jalan S Parman Medan, Rabu (19/2/2/2020).
"Perlu kami sampaikan, sejumlah aktivitas terus mengkampanyekan secara negatif pembangunan PLTA ini. Seolah-olah pembangunan itu tidak ada manfaatnya. Dari sisi ekologis, yakni terkait keberadaaan Orangutan Tapanuli, sudah kami tegaskan komitmen kami untuk itu," kata Emmi mewakili menajemen PT NSHE.
Dijelaskannya, pihaknya telah melibatkan sejumlah peneliti, terutama dari Universitas Nasional (Unas). Dari hasil penelitian mereka disebutkan, bahwa pembangunan PLTA Batang Toru nantinya tidak berdampak buruk pada keberadaan orangutan. Apalagi pembangunan PLTA adalah dengan memanfaatkan arus sungai dan tidak merusak kawasan hutan yang ada. Ditanya soal berada di jalur patahan, Emmi menyebut, hal itu nanti akan dibahas secara tersendiri.
"Sekarang kita fokus pada Orangutan Tapanuli, karena topik seminar tadi dan konferensi pers hari ini juga soal itu," katanya.
Sementara Ian Singleton dari PAN Eko Foundation yang mendukung pembangunan PLTA itu menjelaskan, sejauh ini pihaknya masih melihat master plan PT NSHE masih sesuai koridor. Dia mengatakan, nantinya akan dibangun jembatan penghubung antara hutan Batang Toru barat dengan hutan Batang Toru timur yang terpisah oleh sungai yang menjadi modal utama proyek itu.
"Jembatan penghubung itu akan disesuaikan dengan karakter Orangutan Tapanuli terkait bahan dan bentuknya. Biasanya Orangutan Tapanuli suka yang alami, maka jembatan penghubungnya nanti berbahan alami," ujarnya.
Ian mengaku, rencana pembangunan PLTA Batang Toru menjadi perhatian dunia internasional karena keberadaan Orangutan Tapanuli yang merupakan satwa jenis kera besar yang paling langka di dunia. Saat ini, sambung Ian, versi pemerintah menyebutkan, jumlah sastwa ini kurang dari 800 ekor. Bila tidak dijaga dengan baik, diprediksi dalam 100 tahun ke depan, satwa ini akan benar-benar punah.
Sementara itu peneliti orangutan dari Unas, Gito menjelaskan, hal terpenting dari memastikan keberadaan satwa masih terjaga dapat dilihat dari ketersediaan pakan dan rasa aman. Gito memastikan penelitian Unas dapat dipercaya.
"Sebuah penelitian bisa saja salah, tapi kalau bohong kami haramkan," katanya.