Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Lahan pertanian padi di Sumatra Utara (Sumut) yang sudah tercover asuransi usaha tani padi (AUTP) sepanjang tahun 2019 seluas 4.025 hektare dengan pendapatan premi senilai Rp 724,53 juta. Meski realisasi tersebut masih jauh dari target yang dipatok seluas 29.000 hektare, tapi pemerintah daerah dengan lembaga keuangan terus bersinergi untuk menggenjot keikutsertaan petani.
Kepala OJK Regional 5 Sumbagut, Yusup Ansori, mengatakan, sinergi antara pemerintah daerah dengan lembaga keuangan untuk mendorong keberhasilan AUTP karena itu merupakan bagian dari penguatan swasembada dan ketahanan pangan.
"Jadi kepesertaan AUTP di Sumut yang memang terbilang masih minim harus didorong. OJK sendiri terus mensosialisasikan AUTP ini agar petani bersedia masuk sebagai peserta. Apalagi ini sebagai jaminan saat terjadi bencana atau pun tanamannya terkena hama," katanya, Kamis (20/2/2020).
Untuk diketahui, dengan menjadi peserta AUTP, petani akan terlindungi dari kerugian ketika terjadi bencana banjir, kekeringan, terkena penyakit dan terserang organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menyebabkan petani gagal panen.
Premi AUTP dipatok sebesar Rp 180.000/hektare. Namun sekitar 80% premi AUTP dibantu oleh pemerintah sehingga petani hanya membayar Rp 36.000/hektare. Sementara harga pertanggungan maksimal Rp 6 juta/hektare. Kriteria petani yang bisa tercover AUTP yakni petani penggarap atau petani pemilik lahan maksimal 2 hektare. Sementara kriteria lahannya adalah lahan Irigasi atau lahan tadah hujan yang dekat dengan sumber air.
Sementara itu, OJK juga terus mendorong kepesertaan asuransi usaha ternak sapi (AUTS) yang juga bagian dari penguatan swasembada dan ketahanan pangan. Hingga akhir 2019, AUTS di Sumut telah mencakup 9.630 ekor sapi dengan pendapatan premi sebesar Rp 1,93 miliar.
Yusup mengatakan, optimalisasi di sektor kelautan dan perikanan juga dilakukan dengan mendorong pemanfaatan asuransi nelayan. Tahun 2019, terdapat 15.732 nelayan menjadi peserta dengan pendapatan premi mencapai Rp 2,76 miliar.
"Tahun ini, kami akan terus sosialisasi tentang asuransi-asuransi ini sehingga petani bisa mengetahui apa manfaat bagi mereka jika menjadi peserta," kata Yusup.