Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Siapa gerangan di antara Yasir Ridho Lubis atau Musa Rajekshah (Ijeck) yang terpilih menjadi Ketua DPD Golkar Sumatera Utara (Sumut) pada Musda X, Senin, 24 Februari, di Hotel JW Marriott Medan, masih diselubungi teka-teki. Syahdan, Musa alias Ijeck menggebrak manuver dengan menemui Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat 21 Februari.
Ijeck yang juga Wagub Sumut itu ketika dikonfirmasi wartawan apakah pertemuan itu terkait dukungan Airlangga untuk menjadi ketua Golkar, dia tidak membantahnya. Dia hanya mengirimkan emoticon jempol.
Namun Sekretaris DPD Golkar Sumut, Amas Muda Siregar menyebut pertemuan itu adalah antara Wagubsu dengan Menko Perekonomian.
Beberapa hari ini di media ramai dengan perdebatan. Soalnya, Ijeck belum pernah menjadi kader Golkar. Adapun Yasir, yang Wakil Ketua DPRD Sumut dan Ketua Harian DPD Golkar Sumut itu diduga tinggal ketok palu menjadi ketua Golkar.
Tapi tunggu dulu. Masih ada diskresi atau kebijakan khusus dari ketua umum Golkar, Airlangga. Konon, jika ada diskresi daerah akan menamankannya, termasuk dari DPD kabupaten-kota dan sayap organisasi Golkar.
Memang sejauh ini DPD II dan sayap partai secara terbuka mendukung Yasir. Alasannya, karena Ijeck belum pernah menjadi pengurus partai selama satu periode sebagaimana tercantum dalam AD-ART Golkar.
Sebelumnya, DPD Partai Golkar Sumut telah merilis beberapa persyaratan menjadi Ketua DPD Partai Golkar Sumut.
Ketua Steering Committee Musda Golkar Sumut Sangkot Sirait, Kamis (20 Februari) di antaranya menyebut calon pernah menjadi pengurus Golkar. Memiliki pendidikan minimal S1. Tidak pernah menjadi pengurus parpol lain. Juga tidak memiliki hubungan sedarah dengan anggota parpol lain, dan anggota DPRD dan DPR partai lain.
Di atas kertas, tampaknya Yasir akan melenggang meraih ketua DPD Golkar Sumut. Namun politik adalah seni kemungkinan. Last minute apa saja bisa terjadi. Termasuk kemungkinan terbitnya diskresi Airlangga terhadap Ijeck.
Apalagi secara historis, Golkar selalu bergairah dengan misi berkarya dan pembangunan. Dan itu hanya akan terwujud bila masuk ke dalam lingkungan kekuasaan. Sementara fakta bahwa Ijeck adalah seorang Wagub.
Kita ingat ketika Golkar kemudian beralih mendukung Jokowi-JK pasca Pilpres 2014 hingga masuk ke lingkaran kekuasaan. Golkar dan Airlangga harus memilih mana yang strategis. Memang bola masih bergulir. Siapakah yang menendang bola, Yasir atau Ijeck, he-he, publik diselimuti penasaran.