Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisbisdaily.com-Taput. Titik semburan gas beracun di areal persawahan milik petani di Desa Banuaji I, II dan IV, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara terus bertambah. Sejumlah warga mengaku resah, karena hingga saat ini belum ada penanganan serius dari pihak yang dianggap berkompeten tentang apa yang sebenarnya terjadi. Luas lahan pertanian yang terdampak dan mengalami gagal panen juga semakin meluas, namun belum diketahui secara pasti luasan lahan yang terdampak.
Untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi dan apa dampak yang timbul dari fenomena semburan gas beracun, Medanbisnisdaily.com ditemani beberapa warga Desa Banuaji IV dan Sekretaris Desa Banuaji IV, Basa Sinaga melakukan penelusuran di lapangan Senin (24/2/2020).
Hasil pengamatan di lokasi di Desa Banuaji IV pada titik semburan gas beracun yang diduga H2S, bau menyengat langsung tercium dan menimbulkan rasa pusing. Terlihat pula hamparan padi yang cukup luas tampak menguning namun tidak bebulir. Sedangkan dalam radius beberapa meter dari titik semburan gas di tengah-tengah areal persawahan tanah terlihat gosong dan gersang.
Sekdes Banuaji IV, Basa Sinaga, mengungkapkan titik semburan gas beracun, pertama kali muncul di lembah Nagurguran di desa Banuaji IV. Peristiwa ini sudah muncul sekitar dua tahun silam. Namun kini titik semburan baru muncul di sejumlah titik dan meluas hingga ke Desa Banuaji I. "sekarang muncul lagi Desa Banuaji I, tepatnya di Batu Mengmeng," ungkapnya.
BACA JUGA: Tanggapan Sarulla Operation Ltd Terkait Demo Warga Adiankoting Taput
Warga lainnya juga membeberkan, setidaknya saat ini, muncul semburan gas baru di Nasiloan, Sibau-bau dan Partottoan. Sebagai dampaknya, warga dihantui ketakutan untuk pergi ke sawah dan memilih meninggalkan lahan persawahan, sembari menunggu hasil penelitian pihak bekompeten tentang apa yang terjadi.
Diberitakan sebelumnya, puluhan warga Desa Banuaji, Kecamatan Adiankoting, kabupaten Tapanuli Utara, bersama Dewan Pimpinan Wilayah Sumut Lembaga Pencegahan Korusi Anggaran Pemerintah (PKAP-RI), menggelar demo di Kantor Buapati Taput, Senin (17/2/2020).
Massa menuntut PT. SOL ditutup dan bertanggung jawab atas kerusakan lahan pertanian warga. Massa menuding, kerusakan lahan pertanian warga diakibatkan aktivitas PT. SOL yang menimbulkan semburan gas beracun H2S yang mengakibatkan 130 Ha lahan warga gagal panen.
Bupati Taput, Nikson Nababan, menerima langsung para pendemo dan menyampaikan pihaknya akan segera menyurati pihak berkompeten untuk terjun ke lokasi dan mengadakan penelitian tentang apa sebenarnya yang terjadi.
"Apakah itu memang ada kaitannya dengan aktivitas PT SOL, atau murni karena peristiwa alam, saya akan minta Walhi dan Kementerian SDM untuk turun ke lokasi. Tetapi kalau nanti hasil penelitian mengatakan tidak ada kaitannya dengan aktivitas PT SOL, maka saya minta jangan ada lagi demo menuntut tutup PT SOL," ungkap Bupati.