Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pegiat budaya Batak Thompson Hutasoit atau biasa dikenal Thompson Hs menyesalkan pernyataan antropolog dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Erond Damanik yang menyebut 6 etnis di Kawasan Danau Toba (KDT) bukan Batak. Menurutnya, apa yang disampaikan Erond sangat bertendensi politik identitas.
"Di balik pernyataan itu terasa ada kelompok yang ingin diserang, terutama kelompok dominan," kata Thompson menjawab medanbisnisdaily.com, Sabtu malam 29/2/2020).
"Gerakan bukan Batak mencerminkan suatu dinamika politik identitas dengan membawa sentimen kelompoknya. Di balik itu ada kelompok yang ingin diserang, terutama kelompok yang dominan," kata Thompson.
Menurut Direktur Pusat Latihan Opera Batak ini, orang Toba lebih bangga disebut Batak karena tidak lebih menderita menerima stigma atau opini orang luar yang menganggap orang Batak sebagai pemakan babi, kanibal, tidak Islam, dan lain-lain.
Ia menjelaskan, pasca kolonial, orang Toba juga sudah lebih jauh meninggalkan sub Batak lainnya dalam beberapa hal. Jadi gerakan bukan Batak itu semakin lama mengarah kepada penghinaan bagi orang Batak Toba.
Apapun pendapat Erond dalam pernyataannnya itu, terang Thomson, bertujuan mendiskreditkan orang Toba. Padahal refleksi atas marga-marga di luar catatan silsilah yang diterima orang Toba tidak mereka susun sendiri secara tegas.
"Baru-baru ini marga Girsang sudah mulai menegaskan catatan atas silsilahnya. Sedangkan Erond Damanik itu hanya tahu melemparkan opini untuk menghantam kemapanan silsilah orang Toba. Terasa seperti bikin umpan untuk peta pendukung siapa calon (politik-red) yang mau dia dukung," ungkapnya.
Sementara itu, Erond yang dikonfirmasi di waktu yang sama mengaku sama sekali tidak mengaitkan ke situ (politik). Saya berbicara paradikma konstruksi atribut Batak dan Melayu di Sumut.
"Kalau dikait-kaitkan selalu dengan politik, maka semuanya menjadi rancu. Harus dipisahkan mana ranah ilmu dan politik. Saya juga paham soal itu. Namun, penjelasan saya di media online itu tidak bertendensi apapun kecuali soal perspektif ilmu," katanya.
Sebelumnya di salah satu media belum lama ini, Erond mengungkapkan hasil penelitian bahwa etnik Karo, Simalungun, Mandailing, Pakpak, Angkola, dan Toba bukanlah bagian dari Batak. Orang yang bermukim di pedalaman atau di pegunungan disebut Batak dan orang yang bermukim di pesisir disebut Melayu
Menurut dia, Batak hanya sebuah penyebutan yang sengaja diciptakan oleh orang asing pada abad 14 untuk melabelkan kelompok masyarakat. Di masa itu, mereka membuat atau mengelompokkan dalam dua wilayah, yaitu pegunungan dan pesisir.
Erond mengatakan kelompok pesisir disebut Melayu, karena mereka cenderung beragama Islam dan kelompok di pegunungan adalah Batak, karena ketika itu mereka lebih menyembah berhala (pagan), belum memiliki agama.
"Pertama bukan saya atau Erond Damanik yang menyebutkan bahwa enam etnik yang dipersamakan dengan Batak itu adalah Batak. Ada banyak riset, penelitian dulu yang mencoba menelusuri itu, dari mana munculnya Batak. Ternyata dalam buku ada banyak konsep yang dimunculkan. Ini ada konsep yang muncul setelah adanya konsep Melayu. Batak ini adalah konsep yang muncul setelah eksisnya suku Melayu," ucap Erond.