Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Sujiwo Tejo masih dianggap relevan dengan berbagai zaman. Bahkan di era milenial, ia juga masih dianggap memberikan banyak pemikiran, lewat kata-kata cintanya.
Menurut Sujiwo Tejo, sebagian besar pembacanya memang milenial. Ia juga kerap mengisi acara-acara kampus yang dihadiri oleh pembaca buku 'Tali Jiwo' karyanya.
"Kalau kata kyai, kalau kata-katamu bertenaga, berarti kamu melakukan apa yang kamu katakan. Nah, 'Tali Jiwo' itu sebagai buku, yang pertama itu lumayan dicetak berkali-kali. Yang kedua, terus yang ketiga juga. Toko buku ada yang minta lima ribu ini baru dicetak, nanti dicetak ulang lagi," katanya kepada detikcom.
Selain itu, ia mengisahkan tentang lagu 'Sugih Tanpo Bondo' yang juga diterima dengan positif. Bahkan judul buku tersebut kini banyak dipampang di belakang truk Pantura.
"Di Pantura itu, tulisan sama aku pakai topi koboi ditulis. Kalau kata Kyai Mizamil, temennya Cak Nun juga di Jogja, 'karena sampeyan melakukan itu'. Tapi aku counter, nggak. Aku nggak miskin-miskin amat, aku punya mobil. 'Tapi sampeyan bukan konglomerat', oh iya juga sih. Terus 'Ingsun', aku melakukan itu dan meledak. 'Ingsun' itu di YouTube 1,7 juta. 'Sugih Tanpo Bondo' 4 juta, karena aku nggak mikir harta, nggak ngejar. Untuk ukuran artis, kalau aku misalnya disebut begitu, nggak kaya aku," kisahnya.
Sujiwo Tejo juga berkisah tentang buku 'Tuhan Maha Asyik'. Di dalamnya, ia berkisah tentang ucapan Gus Mus yang menyebut soal satu-satunya hal yang dilupakan dari reformasi '98. Sebab, menurutnya yang berubah adalah pandangan publik tentang politik, pendidikan dan anggaran saja.
"Tapi yang justru lebih dahsyat reformasi pandangan kita tentang Tuhan, nggak dilakukan. Jadi jangan-jangan yang kita sembah selama ini baru terduga Tuhan, gitu. Dan, kita semua berantem rebutan dugaan. Ya, pasti ditulis di kitab-kitab Tuhan itu begini," tuturnya.
"Tapi orang yang suka lupa, ketika bahasa masuk di benak otak kita, itu sudah pakai persepsi, pakai interpretasi. Sehingga aku tetap, jangan-jangan itu dugaan. Oh nggak, itu sudah ada definisinya. Iya, tapi definisi bahasa yang sudah berabad-abad lalu masuk ke kita dengan persepsi sekarang, sudah berbeda."
dtc