Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Virus corona itu jahat. Tapi mereka yang terinfeksi bukanlah pelaku kejahatan. Berbeda dengan bandar dan pengedar narkoba adalah pelaku kejahatan. Atau koruptor, pelaku begal dan pembunuh serta pemerkosa.
Bayangkan jika sesorang yang positif corona, lalu, maaf, meninggal dunia. Padahal dia adalah kepala keluarga. Betapa keluarga yang dtinggal menjadi kehilangan seseorang yang menanggung kebutuhan hidup keluarga itu.
Mungkin, dia lengah dan nahas. Sehingga tanpa sengaja telah ditulari virus dari seseorang yang positif corona. Boleh jadi dia melakukan kontak pisik dengan yang terinfeksi. Mungkin sempat berjabat tangan atau berpelukan.
Tentu saja berjabat tangan dan berpelukan bukanlah kejahatan. Namun perbuatan itu telah menjadi media penularan virus corona yang efektif. Dia telah menjadi hubungan kausal, proses sebab akibat.
Demikianlah, social distancing (menjaga jarak) menjadi sangat penting dalam berinteraksi secara sosial. Apalagi berada dalam kerumunan publik, kontak pisik itu sangat berpeluang terjadi. Misalnya, di pasar, mal, plasa, tempat hiburan dan sebagainya.
Saya kira diperlukan pengaturan blocking – jika menggunakan istilah teknik bermain drama. Yakni, pergerakan sang aktor di pentas dalam merespon akting temannya bermain.
Beda dengan teater, kadang memerlukan akting berpelukan, atau malah bergumul sesuai skenario naskah. Tapi dalam kerumunan publik, harus selalu ada kesadaran menjaga jarak. Setidaknya minimal satu meter.
Anggap saja menjaga jarak itu menjadi gaya hidup baru. Mungkin, pada mulanya rada canggung. Bisa juga kelupaan. Tapi jika dibarengi dengan ingatan yang selalu on, lama-lama menjadi kebiasaan. Kira-kira, dalam benak, Anda akan selalu menekan tombol “menjaga jarak” setiap kali berada di tengah kerumunan orang ramai.
He-he, saya kira orang tidak akan menganggap Anda seorang yang sombong, jika menjaga jarak dengan seseorang. Apalagi informasi social distancing ini sudah banyak dipulikasikan. Sudah menjadi pengetahuan umum.
Jika setiap orang melakukan “menjaga jarak” secara konsisten, maka “serdadu” anticorona semakin banyak. Jika dilakukan secara sistemik dan massif, virus corona pun cemberut karena kehilangan “kawan” kehilangan media penularan.