Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Setelah ditutup merah di level 3.989,52 pada perdagangan Senin (23/3/2020), pagi ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu kembali ke level 4.000. IHSG dibuka menguat di level 4.003,87 dan sejauh ini IHSG menguat 2,31% di level 4.079,19. Kinerja IHSG mengalami penguatan seiring membaiknya kinerja indeks bursa Asia, dimana salah satu bursa di Asia yakni Nikkei Jepang mengalami penguatan sekitar 5%.
"Optimisme pelaku pasar di Asia terjadi karena The Fed akan menggelontokran sejumlah paket setimulus," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Selasa (24/3/2020).
Sementara itu, Indeks bursa Dow Jones di AS kembali ditutup negatif di atas 3%, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump gagal mengajukan program dana untuk penanganan Covid-19 di DPR AS. Kinerja pasar saham di AS mengalami keterpurukan menyusul penurunan yang sama di sejumlah bursa di Eropa. Dari sisi eksternal pelaku pasar masih mengkhawatirkan pandemi virus corona yang menjadi pemicu memburuknya pasar keuangan global belakangan ini.
BACA JUGA: Terburuk Sejak Krisis 1998, Rupiah Mendekati 17.000/Dolar AS
Sementara itu, mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga bergerak dengan fluktuasi yang cukup lebar dimana sempat mengalami pelemahan hingga di atas 17.000/dolar AS, pagi ini bisa menguat di level 16.475/dolar AS. Langkah Bank Indonesia (BI) dalam menstabilkan rupiah dinilai mampu membuat rupiah tidak mengalami pelemahan yang lebih dalam.
"Rupiah sepertinya akan mampu keluar dari tekanan dolar AS, dikarenakan The Fed akan kembali menggelontorkan stimulus guna membantu akselerasi laju ekonomi di AS yang tertekan akibat Covid-19," kata Gunawan.
Begitupun, stimulus yang digelontorkan AS pada saat ini diperkirakan tidak akan banyak menolong rupiah. Berbeda saat AS dilanda krisis ekonomi pada 2008/2009 silam. Dikarenakan gelontoran stimulus akan lebih banyak digunakan oleh masyarakat AS untuk konsumsi. Disisi lain penyebaran covid 19 juga membuat banyak instrumen keuangan di dunia mengalami penurunan harga.
Sementara itu, masyarakat global juga disibukkan dengan lebih banyak mengisolasi dirinya ketimbang banyak melakukan aktifitas bisnis. "Alhasil, gelontoran stimulus di AS yang dulu sempat membuat rupiah menguat tajam, saat ini dampaknya tidak akan begitu dirasakan. Meskipun tetap akan membuat rupiah lebih kuat menahan tekanan," kata Gunawan.