Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Hari Raya Nyepi menjadi momen umat Hindu kembali ke titik nol. Hari untuk membersihkan diri dari segala sifat buruk.
Sunyi, sepi, dan tenang. Bukan sebuah pesta ingar-bingar. Itulah gambaran perayaan Hari Raya Nyepi yang diperingati umat Hindu setiap setahun sekali. Tak peduli di mana merayakannya. Di Bali atau di luar Pulau Dewata itu.
Saat Nyepi, traveler yang menyambangi Bali bahkan otomatis tunduk. Penduduk satu pulau di timur Jawa itu hening. Ya, Pulau Dewata yang biasanya sibuk dengan ragam aktivitas, termasuk pariwisata, itu juga rehat sehari semalam. Ya, satu pulau berdiam.
Pemeluk agama Hindu di luar pulau Bali pun melakukan ritual yang serupa. Berdiam di rumah, tak terkoneksi dengan gaduhnya di luaran. Bahkan melalui telepon genggam.
Tapi, Hari Raya Nyepi bukan sekadar berdiam diri. Nyepi bukan hanya tidak beraktivitas.
Bila dilihat dari etimologinya, Nyepi berasal dari kata sepi yang mengandung arti hening. Saat Nyepi, umat Hindu akan belajar untuk mengendalikan diri dengan berpuasa, tidak bepergian, tidak bekerja, dan melakukan aktivitas hiburan yang dapat mencemari badan.
Hari Raya Nyepi tahun ini jatuh pada Rabu, 25 Maret 2020, yang menurut kalender Hindu merupakan tanggal 1 dari bulan ke-10 tahun Caka 1942. Nyepi menjadi momentum setiap umat Hindu untuk kembali ke titik nol yaitu membersihkan diri dan menjadi manusia yang lebih baik.
Kendati selama ini kita mengenal Nyepi diperingati dalam satu hari, namun perayaan Nyepi ini sebenarnya terdiri atas upacara-upacara yang membentuk sebuah rangkaian. Upacara-upacara itu adalah Upacara Melasti atau Mekiis, Upacara Pangrupukan atau Tawur Kesanga atau Tawur Agung, Hari Nyepi dan Ngambek Geni.
Upacara Melasti atau Mekiis biasanya dilakukan dua atau tiga hari sebelum pelaksanaan Nyepi. Tujuan dari upacara ini adalah menyucikan peralatan dan perlengkapan upacara.
Dalam proses penyucian ini berbagai sarana upacara akan diarak ke sungai atau pantai yang dianggap sebagai sumber air suci yang dapat membersihkan hal yang kotor. Selain itu, melalui upacara ini, setiap umat juga akan menyucikan diri untuk bersiap melaksanakan ritual catur brata penyepian di Hari Nyepi.
Setelah Melasti, ada pula Upacara Pengrupukan yang dilaksanakan sehari sebelum Nyepi. Pelaksanaannya bertepatan dengan Tilem Sasih Kasanga atau bulan mati, dimana hari itu merupakan hari terakhir sebelum pergantian tahun baru Caka.
Pada upacara ini dilakukan persembahan pada bhuta kala dengan memberikan korban atau caru. Persemabhan itu berfungsi untuk menjaga keseimbangan alam dan manusia dari gangguan bhuta kala (mahkluk jahat). Nah, Upacara Pangrupukan ini biasanya juga dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh yang menyerupai bhuta kala ini nantinya akan dibakar sebagai simbol mengembalikan mereka ke tempatnya.
Tapi, Nyepi kali ini akal lebih hening. Wabah virus Corona tak mengizinkan pawai ogoh-ogoh. Nyepi kali ini betul-etul mengembalikan pada hakekat senyap, pada keheningan yang bermakna, tanpa simbol, tanpa tradisi yang sudah dibangun sejak lampau.
Memasuki Hari Nyepi, inilah saatnya umat Hindu melaksanakan pengendalian diri atau catur brata penyepian. Pelaksanaan catur brata penyepian ini terdiri atas 4 hal yaitu amati geni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan yang dimulai pada pukul 05.00-05.00 keesokan harinya.
Pertama, amati geni artinya tidak menyalakan api. Aturan ini dapat dipahami dengan tidak menyalakan listrik, api, serta mengobarkan hawa nafsu.
Kedua, amati karya artinya tidak bekerja atau melakukan aktivitas fisik lainnya. Sebaliknya, pada saat ini, umat Hindu harus fokus pada penyucian rohani.
Ketiga, amati lelungan artinya tidak bepergian. Umat Hindu akan diam di rumah dan memusatkan perhatiannya pada Tuhan. Oleh sebab itu saat Nyepi, pelabuhan sampai bandara akan menghentikan aktivitasnya sejenak.
Keempat adalah amati lelanguan yang artinya tidak mengadakan atau menikmati hiburan atau rekreasi. Dalam pelaksanaannya, umat Hindu juga tidak makan dan minum selama Nyepi.
Selama melaksanakan Nyepi ini, umat Hindu akan mengingat dan merenungkan segala kekurangan dan kesalahan yang telah diperbuat. Dari sana diharapkan setiap umat dapat bertekad untuk memperbaiki diri di kemudian hari.
Rangkaian perayaan Nyepi ini ditutup dengan Ngambek Geni yaitu mengunjungi keluarga, teman, maupun tetangga untuk saling memaafkan. Melalui Ngambek Geni ini akan tercipta suasana kebersamaan yang menjadikan kehidupan antarmanusia menjadi lebih harmonis.(dtt)