Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya tiba-tiba teringat ketika bekerja sebagai penyiar di RRI stasiun Sibolga pada 1970-an. Selain, sebagai pembaca berita, saya juga mengasuh acara “Ruangan Remaja,” “Ruangan Sastra” dan “Sandiwara Radio”.
Saya tersipu malu mengenangnya. Bicara sendiri, serius sendiri dan tak jarang tertawa sendiri. Pada saat membawa acara “Ruangan Remaja,” saya selalu mengawalinya dengan sebuah anekdot. Lebih dulu operator memutar lagu instrumentalia “A Few Dollars More” yang melodinya dinamik dan bergelora.
“Syahdan, suatu pagi, si Badu melihat si Mamat sedang membawa alat pancing. Mau memancing ya,” kata si Badu. “Bukan, mau memancing, kok,” sahut si Mamat. “Ooh, saya kira mau memancing,” balas si Badu.
“Maaf, para pendengar. Ini adalah percakapan, sekali lagi, maaf, dua orang yang tuli tatkala berpapasan di pantai,” kata saya. Lalu, operator memutar lagu “I Started A Joke” dari Bee Gees.
Bukan hendak gede rasa (Ge-Er), tapi acara ini banyak digemari anak-anak muda. Selain memuat corak ragam kehidupan kaum remaja, ada juga “kontak pendengar.”
Pengalaman masa silam itu teringat lagi di musim “stay at home” dan “work from home” untuk memutus persebaran virus corona.
Saya bekerja “from studio” di ruang kedap suara, sendirian, dan operator di ruang sebelah berbatas kaca. Sementara para pendengar berada di rumah masing-masing mendengar celotehan saya, mungkin juga sembari tertawa sendiri.
Gaya bekerja dalam kesunyian itu juga masih dilakoni oleh para pembaca berita radio dan televisi hingga kini.
Saya tergelak saat menyaksikan acara ILC di TV-One yang diasuh Karni Ilyas, Selasa (31 Maret) lalu. Karni hanya dengan tiga orang panelis, Harry Azhar aktivis HAM, pakar UGM Zainal Arifin Mochtar dan Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman. Tak ada undangan dan hadirin yang biasanya meramaikan acara tersebut.
Persidangan kasus pembunuhan hakim Djamaluddin pun di PN Medan Selasa lalu, hanya dihadiri majelis hakim dan jaksa penuntut umum. Para terdakwa tetap di rumah tahanan menggunakan media teknologi informasi. Tak ada pengunjung sidang.
Keramaian dan kerumuman memang merupakan wadah yang potensial untuk penyebaran virus corona. Dalam keramaian malah biasanya timbul tabiat, sementara dalam kesunyian muncul bakat. Mari bersatu melawan wabah corona.