Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Wabah virus corona telah memicu ketakutan yang luar biasa pada investor di pasar keuangan. Pandemi ini benar-benar terasa menggerogoti sektor keuangan.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mencontohkan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang menembus angka Rp 16.000 karena kepanikan pasar akibat corona.
"Mata uang kita rupiah dengan sangat cepat terdepresiasi. Dari Rp 14.000-an jadi Rp 15.000. Dalam waktu 3 hari tembus Rp 16.000, itu luar biasa waktu pertengahan bulan Maret kemarin akhirnya ini tembus level psikologis Rp 17.000. Respons pasar akibat pandemi virus corona ini ternyata juga langsung berimbas ke sektor keuangan," kata Eko dalam telekonferensi, Minggu (5/4/2020).
Jika terus-terusan seperti ini menghantui sektor keuangan, Eko bilang, Indonesia bisa mengalami krisis.
"Ini sebuah situasi yang semakin susah di sektor keuangan, berimbas kepada aspek macam-macam. Peluang terjadinya krisis juga sangat besar kalau tidak bisa ditangani," sebutnya.
Untuk memperbaiki sektor keuangan, Eko menjelaskan, pemerintah harus memperbaiki sentimen masyarakat menjadi positif dalam penanganan pendemi ini.
"Penanganan COVID-19 harus dinilai positif oleh masyarakat. Artinya didukung oleh masyarakat, terus aspirasi masyarakat juga didengar dan dilakukan oleh pemerintah. Ketika itu tidak dilakukan akan susah," ucapnya.
Sebelumnya, INDEF telah melakukan survei terhadap masyarakat terkait kinerja pemerintah dalam menangani virus corona (COVID-19). Survei ini menggunakan data analyst yang dikumpulkan dari pengguna Twitter sebanyak 145.000 orang yang membicarakan virus corona dan 6 portal berita online terbesar. Data tersebut diamati sejak Januari-Maret 2020.
Hasilnya, dari 135.000 masyarakat yang telah disaring sebanyak 66,28% menunjukkan ketidakpuasannya terhadap kinerja pemerintah dalam menangani virus corona. dtc