Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Ketika orde baru bangkit pada 1966, radio dan televisi di negeri ini gemar memperdengarkan lagu-lagu perjuangan. Ada lagu “Sorak-sorak Bergembira,” “Halo-halo, Bandung,” “Garuda Pancasila,” “Padamu Negeri,” “Dari Barat Sampai ke Timur,” dan lain sebagainya.
Lagu-lagu berbentuk lagu mars itu menggelorakan semangat perjuangan. Tak hanya melawan paham komunisme, tetapi juga membangkitkan semangat menghadapi inflasi yang luar biasa maupun harga-harga bahan pokok yang melambung.
Lagu-lagu mars, seperti kata Nortier Simanungkalit adalah induk dari semua lagu. “Mars adalah komposisi musik dengan irama teratur dan kuat, ritmenya menggebu-gebu, penuh semangat, cepat, dan menghentak,” kata musisi kelahiran Tarutung pada 1929 yang sudah menciptakan 200 lagu mars dn hymne tersebut, suatu kali.
Saya kira dalam suasana keprihatinan karena dilanda serbuan Covid-19, lagu-lagu mars anticorona perlu diciptakan oleh para komponis. Lalu, diperdengakan secara bergiliran dan kontinu di berbagai radio dan televisi. Misalnya, seusai siaran berita sejak pagi hingga lewat tengah malam.
Lagu-lagu mars menjadi media tranformasi yang efektif bagi membangkitkan keterpurukan mental akibat pukulan yang dahsyat dari wabah corona. Sekaligus juga membangun harapan bahwa Indonesia bisa bebas dari virus corona.
Tak berarti lagu-lagu pop, rock dan dangdut absen. Tapi harus ikut ambil bagian. Lagu-lagu dangdut boleh saja mengisahkan balada kesedihan karena corona. Tapi sekaligus juga membangun perlawanan terhadap corona seperti dilakukan oleh Rhoma Irama. Atau lagu komedy oleh Project Pop.
Saya teringat lagu-lagu Dedi Kempot juga masih dapat menceritakan kesedihan dalam suasana humor. Kesedihan tak lagi diratapi dan tangisi, malah dihadapi dengan mental yang tangguh.
Pokoknya, kita ingin mendengarkan lagu-lagu yang tidak memajalkan perasaan. Membuat hati berkeping-keping dan hancur lebur. Tetapi justru semakin kuat sekokoh batu karang di tengah samudera.
Lagu-lagu dengan iringan musik akan mengalir melalui telinga, lalu merasuk ke sanubari di balik garba dada, yang diharapkan membangun emosi yang stabil. Giliran terakhir akan menciptakan pikiran yang sehat dan realistis.