Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Di tengah langkah ekstrim Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk melakukan lockdown untuk mencegah virus Corona, jumlah pengangguran di negeri Paman Sam meningkat. Setidaknya hingga 4 April lalu ada tambahan 5,25 juta pekerja yang mengajukan klaim bantuan pengangguran.
Selama dua minggu ini setidaknya jumlah pengangguran di AS telah melampaui 15 juta orang. Para ekonom memperkirakan bahwa tingkat pengangguran akan merembet ke kalangan remaja bulan ini, dari bulan Februari yang hanya 3,5% angkanya menjadi 4,4% di bulan Maret.
Para ekonom juga memperkirakan sekitar 10 juta hingga 20 juta remaja akan muncul dalam laporan pekerjaan bulanan sebagai korban PHK.
"Pada gelombang pertama, Anda melihat hantaman pertama adalah untuk pekerja layanan. Kemudian ritel akan terhantam dalam gelombang berikutnya, ratusan ribu ritel telah merumahkan pekerjanya," kata kepala ekonom Grant Thornton Diane Swonk, dilansir dari CNBC, Kamis (10/4/2020),
Diane mengatakan banyak pekerja manufaktur juga akan ikut terhantam. Terlebih dengan gelombang pabrik mobil yang menutup produksi karena kinerja industri tersebut juga akan turun.
Namun, angka pengangguran yang terdaftar masih bisa lebih besar, terlebih lagi dengan sederet berita PHK. Bahkan di tahun 1982 saja saat krisis keuangan melanda AS ada 700 ribu klaim pengangguran selama seminggu.
Belum lagi, paket bantuan US$ 1,2 triliun yang disetujui Kongres bulan lalu juga memperluas kelompok orang yang dapat mengajukan klaim. Pekerja paruh waktu pun bisa melakukan pengajuan klaim pengangguran.
Dalam laporan ketenagakerjaan bulanan sejak AS melakukan lockdown sudah tercatat penurunan gaji pada sektor pekerja non pertanian hingga 701 ribu orang pada bulan Maret. Kemudian ada 479 ribu laporan pada industri hiburan, yang meliputi restoran, hotel, dan layanan perjalanan lainnya atau bisnis terkait hiburan.
Bisnis restoran adalah bisnis pertama yang banyak melakukan penutupan toko dan berhemat sejak Presiden Donald Trump mengatakan kepada masyarakat untuk menghindari kerumunan di restoran dan bar.
Selanjutnya penutupan toko akan dilakukan sektor ritel, karena negara menganjurkan masyarakat tinggal di rumah. Pemilik mal Simon Properties misalnya, mengatakan pada pada akhir Maret mereka melakukan pengurangan 30% dari pekerjanya.(dtf)