Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi selama Ramadhan akan rendah, bahkan terendah dalam sejarah. Gubernur BI Perry Warjiyo menilai hal ini karena aktivitas masyarakat terganjal akibat pandemi COVID-19.
Perry mengatakan tahun lalu Ramadhan terjadi pada 5 Mei hingga 4 Juni dengan inflasi 0,68% secara bulanan dan 3,32% secara tahunan. Kemudian, pada Juni 2019 inflasi 0,55% secara bulanan dan 3,28% secara tahunan.
"Kami prakirakan April dan Mei Ramadhan tahun ini inflasi akan lebih rendah dari historisnya," kata Perry dalam video conference, di Jakarta, Rabu (22/4/2020).
Rendahnya inflasi ini karena periode April-Mei 2020 adalah masa panen sehingga pasokan pangan dinilai mencukupi. Kemudian kebijakan pemerintah terkait pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan kegiatan tak sebanyak tahun sebelumnya.
"Dari sisi permintaan barang akan lebih rendah dan itu akan mendukung pengendalian inflasi di April dan Mei, termasuk faktor terkendalinya ekspektasi inflasi. Langkah kebijakan faktor itu mendasari inflasi akan rendah dan terkendali," katanya.
Selama 2020 BI memprediksi inflasi mencapai 0,22% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm) dan 2,82% secara tahunan (yoy). Angka ini akan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi 0,10% (mtm), namun lebih rendah dari inflasi selama April 2019 yang tercatat 0,44% (mtm).
Sejumlah komoditas yang mendorong terjadinya inflasi selama bulan ini, yakni kenaikan harga bawang merah, emas perhiasan, dan gula pasir. Namun ada juga sejumlah komoditas yang menyebabkan deflasi atau penurunan harga, seperti cabai merah, daging ayam, dan telur ayam.
"Ini menunjukkan inflasi terkendali dan rendah" katanya. Secara keseluruhan, selama tahun ini BI memproyeksi inflasi masih di kisaran 2-4 persen atau sesuai dengan target yang sebesar 3 plus minus 1%.dtc