Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Nisel. Kematian ternak babi di wilayah Kabupaten Nias Selatan (Nisel) dalam sepekan terakhir ini mencapai 10 ribu ekor. Hal itu disampaikan Kadis Pertanian Nias Selatan, Norododo Sarumaha, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (27/04/2020).
Norododo Sarumaha, mengungkapkan beberapa Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan terdampak kematian babi tersebut. "Bukan hanya Kecamatan Somambawa yang berdampak pada kematian babi ini, akan tetapi beberapa kecamatan lainnya juga mengalami hal yang sama. Dari data yang dilaporkan ke kita saat ini dari kecamatan Susua mencapai 3.000 ekor yang mati dan Mazo sekitar 670 lebih, belum lagi dari kecamatan yang lain. Jadi kita kalkulasikan bahwa kematian babi di di Nias Selatan ini bisa mencapai 10 ribu ekor," ungkap Norododo Sarumaha.
Norododo Sarumaha, menuturkan bahwa pihaknya belum mengetahui penyebab kematian babi tersebut, namun, lanjutnya kematian itu disebabkan oleh virus.
Lebih lanjut, dia mengatakan, telah meminta balai veteriner wilayah 1 Medan dan mereka telah kelapangan untuk melakukan pengambilan sampel.
"Banyak yang mengira bahwa ini sejenis hog colera, tapi secara medis kemarin tim belum bisa memberi petunjuk tentang penyakit babi itu. Kita tunggu hasil lab-nya dalam minggu ini," katanya.
Langkah dalam penanganan wabah kematian babi ini, Norododo Sarumaha, menyampaikan bahwa telah meminta Bupati untuk mengeluarkan surat edaran tentang larangan mendatangkan babi dari daerah lain.
Langkah-langkah lain dalam vaksinasi terhadap babi, dia, menuturkan bahwa hal itu tidak dapat mereka lakukan berhubung karena belum mengetahui penyebab kematian dan penyakit apa yang dialami babi-babi itu.
"Mengapa kita tidak melakukan vaksinasi karena ini masih mewabah dan kita belum mengetahui penyakitnya. Karena bisa saja menyebabkan virus baru bila salah dalam melakukan vaksinasi atau pengobatan itu," tutur Norododo Sarumaha.
Saat ini, kata dia, petugas penyuluh lapangan (PPL) masih melakukan pendataan kematian babi-babi tersebut.
Norododo Sarumaha, menambahkan akan menunggu hasil lab dari balai veteriner. "Kalau sudah keluar hasilnya maka kita dapat mengambil tindakan secara cepat," tambah dia.
BACA JUGA: Ratusan Babi di Nias Selatan Mati Mendadak, Sungai Susua Somambawa Penuh Bangkai
Soal ketersediaan obat dan vaksin telah tersedia dan siap digunakan kapan saja, hanya saja katanya, belum berani mengambil tindakan sebelum ada hasil lab itu.
"Kita juga akan menyurati Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara untuk ketersediaan obat dan vaksin. Via telepon juga mereka meminta kita untuk inventarisir obat-obat apa saja yang kita butuh, namun belum kita lakukan itu karena terkendala oleh hasil lab ini," pungkasnya.
Beberapa penyebab dari kematian babi ini, Norododo Sarumaha, menduga hal itu terjadi akibat mendatangkan bibit babi dari luar diluar sepengetahuan Dinas Pertanian, berikutnya adalah akibat dari babi hutan dan daging celeng ilegal dan kurang bersihnya kandang babi itu sendiri.
Norododo Sarumaha, mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak membuang sembarang bangkai babi. Babi yang sudah mati untuk dapat dikubur atau di bakar agar kuman atau virus yang ada pada babi itu tidak menyebar.