Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Di bulan April ini, Sumatra Utara (Sumut) diperkirakan akan kembali mengalami deflasi dengan angka lebih dari 0,27%. Perkiraan deflasi ini disebabkan harga sejumlah kebutuhan pokok di Sumut pada umumnya mengalami penurunan. Harga daging ayam contohnya, mengalami penurunan cukup dalam dari kisaran Rp 28.000-an menjadi Rp 22.000/kg. Harga daging sapi juga relatif tidak mengalami perubahan besar dan dijual sekitar Rp 120.000-an/kg.
Untuk harga telur ayam juga turun dari Rp 21.700 di bulan Maret menjadi Rp 20.900/kg di bulan ini. Cabai merah juga demikian, mengalami penurunan dari kisaran Rp 28.700 menjadi Rp 23.000/kg di April. Semntara itu, cabai rawit rata-rata di bulan kemarin sebesar Rp 25.900, saat ini dijual dikisaran Rp 18.000/kg.
Bawang putih juga mengalami penurunan dari kisaran Rp 38.000-an/kg di bulan lalu menjadi Rp 31.000/kg di bulan April ini. Sementara itu, kenaikan harga bawang merah terjadi dalam satu bulan terakhir. Bawang merah yang sempat menyentuh harga Rp 31.600/kg di bulan kemarin, saat ini dijual dikisaran Rp 39.400/kg-nya.
"Untuk harga emas, memang harganya mengalami kenaikan. Rata-rata naik di atas Rp 50.000/gram. Hanya saja, emas ini bobotnya terhadap inflasi semakin hari semakin berkurang. Karena daya beli yang turun membuat animo masyarakat untuk membeli emas menjadi menurun. Sehingga saya melihat meskipun kontribusi inflasinya ada, namun emas saya pikir tidak memberikan andil besar bagi pembentukan inflasi di Sumut," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Rabu (29/4/2020).
Merujuk pada harga kebutuhan pokok saat ini, Sumut memang sangat mungkin akan merealisasikan deflasi. Mengingat komoditas lainnya seperti sayur-sayuran, tiket pesawat, ikan dan komoditas lainnya berpeluang mengalami penurunan yang sangat tajam. Pandemi corona telah memberikan dampak penurunan daya beli yang berbuntut pada memburuknya harga sejumlah kebutuhan pokok.
Tapi menurut Gunawan, deflasi ini bukan kabar baik bagi masyarakat Sumut. Karena deflasi ini diikuti dengan penurunan daya beli. Deflasi kali ini jelas mengindikasikan adanya potensi krisis ekonomi yang bakal terjadi nantinya. Meski krisis ini lebih banyak dipengaruhi oleh pandemi corona dibandingkan dengan ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan ekonomi.
"Wabah corona jelas sekali telah memukul daya beli masyarakat dan memicu terjadinya potensi krisis ekonomi yang lebih besar. Bukan hanya Sumut atau pun Indonesia khususnya. Tetapi telah merusak tatanan sosial ekonomi masyarakat dunia," kata Gunawan.