Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Nisel. Ini sebaran wilayah kematian babi mendadak di Kabupaten Nias Selatan yang sampai saat ini belum diketahui penyebabnya. Sebaran kematian babi tersebut berdasarkan hasil data yang diperoleh dilapangan dan data dari camat. Hal itu disampaikan Kadis Pertanian Nias Selatan, Norododo Sarumaha, saat ditemui diruang kerjanya, Kamis (30/04/2020).
Norododo Sarumaha, menyebutkan kematian babi di Kabupaten Nias Selatan tersebar di 17 Kecamatan dan jumlah kematian babi mencapai 25.559 ekor, terbanyak ada di Kecamatan Somambawa.
"Ini hanya dugaan saya mungkin kejadiannya sejak bulan maret hanya saja baru diberitahu ke kita (Dinas Pertanian) 2 minggu terakhir ini. Jadi total secara keseluruhan kematian babi di Nias Selatan sampai saat ini mencapai 25.559 ekor. Kemudian data dari Kecamatan belum lengkap, ini bertambah terus kematian babi ini," sebut Norododo Sarumaha.
Adapun sebaran wilayah atau Kecamatan kematian babi di Nias Selatan diantaranya:
1. Kecamatan Ulususua 2.479 ekor,
2. Kecamatan Mazo 1.439 ekor,
3. Kecamatan Lahusa 1.446 ekor,
4. Kecamatan Idanotae 1.422 ekor,
5. Kecamatan Ulunoyo 251 ekor,
6. Kecamatan Amandraya 119 ekor,
7. Kecamatan Aramo 444 ekor,
8. Kecamatan Somambawa 4.807 ekor,
9. Kecamatan Umbunasi 2.770 ekor,
10. Kecamatan Maniamolo, 421
11. Kecamatan Ulu Idanotae 1.305 ekor,
12. Kecamatan Gomo 1.884 ekor,
13. Kecamatan Lolomatua 392 ekor,
14. Kecamatan Onohazumba 183 ekor,
15. Kecamatan Boronadu 3.133 ekor,
16. Kecamatan Huruna 1.260 ekor, dan
17. Kecamatan Mazino 1.804 ekor.
Upaya sementara yang dilakukan dalam wabah kematian babi ini menyurati pihak balai karantina ternak Kota Sibolga untuk tidak mengijinkan ternak babi masuk ke Nias Selatan, begitu juga dengan pelabuhan Telukdalam untuk tidak mengijinkan daging celeng masuk ke Nias Selatan.
Pihaknya juga telah menyurati Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, namun belum ada balasan mungkin karena belum adanya hasil lab tersebut.
Lebih lanjut, Norododo Sarumaha, menyampaikan bahwa sejauh ini belum diketahui penyebab kematian babi-babi tersebut. Pasalnya, katanya, belum keluarnya hal lab dari balai veteriner wilayah I Medan.
"Memang balai veteriner wilayah I Medan telah datang kesini dan mereka telah mengambil sampelnya. Jadi kita belum mengetahui secara detail penyebab kematian babi tersebut," katanya.
Diteruskannya, pihaknya belum bisa melakukan vaksinasi pada babi-babi ini, pasalnya masih mewabah dan bisa menimbulkan virus baru pada babi itu sendiri.
"Kita hanya memberikan vitamin-vitamin untuk pencegahan supaya ada daya tahan tubuh, itupun belum semua Kecamatan kita lakukan karena keterbatasan kita. Yang pastinya vitamin-vitamin itu akan kita berikan kepada mereka," ujarnya.
Norododo Sarumaha, meminta warga untuk tidak membuang bangkai babi sembarang tempat dan mengubur babi yang telah mati itu agar tidak mewabah keseluruh tempat.