Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Nias. Wakil Ketua DPRD Nias, Sabayati Gulo meminta Bupati Sokhiatulo Laoli segera berbuat untuk mengatasi masalah kematian babi yang diduga disebabkan virus African swine fever (ASF). Diperkirakan 12.000 ekor babi mati mendadak dengan nilai kerugian ditaksir Rp 24 miliar. Kondisi ini berakibat melemahkan perekonomian masyarakat, terutama di saat pandemi corona (Covid-19).
"Kita meminta agar Bupati Nias segera membuat kebijakan secepatnya guna mengatasi wabah penyakit babi yang telah menyebabkan belasan ribu ekor mati di seluruh wilayah Kabupaten Nias, bahkan hingga kini masih terus berlangsung," kata Sabayuti Gulo ketika dihubungi, Minggu (3/5/2020).
Sabayuti mengatakan, kebijakan Bupati bisa saja berupa pemberian vaksin beserta peralatan sedini mungkin guna mengatasi wabah virus ASF itu dan mendistribusikannya kepada masyarakat. Sehingga ada landasan hukum bagi OPD instansi terkait untuk menyesuaikan anggaran penanganan penyakit babi.
Ketua DPC PDIP Kabupaten Nias itu juga meminta Dinas Pertanian menggiatkan tenaga dokter hewan dan penyuluh lapangan secara masif saat ini ke semua peternak babi untuk melakukan pendampingan edukasi tentang cara beternak yang lebih baik dan benar.
BACA JUGA: Puluhan Ribu Babi Mati di Nias Positif Virus ASF
"Untuk itu kepada Dinas Pertanian saya minta proaktif dengan melibatkan dokter hewan yang ada untuk mendeteksi penyebab dan memastikan vaksin sebagai penyembuhan," ujar Sabayuti Gulo.
Ia menghitung, jika ternak babi masyarakat Kabupaten Nias yang mati 12.000 ekor. Dengan rata-rata 1 ekor seharga Rp 2 juta, maka 12.000 x Rp 2 juta = Rp24 miliar kerugiatan yang diderita masyarakat. Belum termasuk kerugian yang dialami saat penguburan babi. Akibatnya semakin melemahkan perekonomian warga masyarakat.
Maka, terang Sabayuti, tak heran apabila ada warga nekat membuang bangkainya di aliran sungai karena keputusasaan.
"Pimpinan DPRD Nias meminta masyarakat agar tidak membuang di sembarang tempat bangkai babi, termasuk di aliran-aliran sungai. Sebab, selain menghindari bau tak sedap bagi kesehatan dan lingkungan, tindakan itu justru memudahkan virus menular ke tempat lain. Saya menganjurkan bangkai babi sebaiknya dikubur," ujarnya.