Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Mengawali perdagangan pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah di level 4.650,80. Dan sejauh ini masih diperdagangkan merah di level 4.614,89. Disisi lain, mata uang rupiah juga diperdagangkan melemah dikisaran 14.995/dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini.
Analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, mengatakan, saat ini ada jargon di pasar saham "sell on may, and go away". Jargon tersebut mengisyaratkan bahwa di bulan Mei sebaiknya pelaku pasar melepas kepemilikan sahamnya dan tinggalkan pasar saham. Jargon itu akan diuji di bulan Mei ini.
"Awal pekan ini menjadi awal perdagangan di bulan Mei, sekaligus di tengah penyebaran corona yang belum menemui titik akhir," katanya, Senin (4/5/2020).
Gunawan mengatakan, ada yang aneh pada perdagangan saham belakangan ini. Pelaku pasar cenderung masuk ke pasar saham, padahal terlihat jelas data-data ekonomi dunia tengah memburuk. Pertumbuhan ekonomi negara besar menalami penurunan, bahkan minus. Indonesia diperkirakan pertumbuhan PDB-nya juga anjlok jika dikalkulasikan secara kuartal.
Tetapi, fakta justru berbicara lain. Sejumlah indeks bursa di dunia termasuk IHSG memiliki kinerja positif selama bulan kemarin. Pelaku pasar lebih melihat sentimen ditemukannya obat mujarab dari gilead yang memicu terjadinya antusias pelaku pasar masuk ke bursa. Termasuk juga ekspektasi dibukanya kembali aktivitas ekonomi di sejumlah negara yang turut memicu ekspektasi ke depan yang lebih baik.
Padahal ke depan, ekspektasi pertumbuhan ekonomi dunia juga masih akan suram, bahkan hingga akhir tahun diperkirakan akan negatif. "Jadi saya berkesimpulan bahwa kinerja positif pasar saham di bulan kemarin bukanlah indikasi penguatan pasar keuangan dalam jangka panjang. Potensi tekanan masih tetap terbuka. Pelaku pasar saya pikir tidak akan berlebihan menyikapi fakta-fakta lapangan tersebut. Semuanya masih saja bisa berubah, dan semuanya bisa saja berakhir dengan masalah," katanya.
Menurut Gunawan, bersikap rasional memang boleh-boleh saja jika berbicara pasar keuangan. Tetapi jangan merasionalisasi, karena sentimen apa pun tetap saja bisa berubah dan berpotensi mendatangkan kerugian.