Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Tiba-tiba saja Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, berkunjung ke RS Martha Frika Multatuli Medan, Selasa (05/05/2020). Ia tiba sekitar pukul 10.30 WIB.
Rupanya ia berang dengan ragam pemberitaan negatif tentang penanganan pasien covid-19. Meski rekannya di Gugus Tugas Covid-19 Sumut melarangnya ke rumah sakit, namun Edy Rahmayadi ngotot, meski tetap merasa khawatir dan takut.
Didampingi Koordinator Pelayanan Medis Gugus Tugas Covid-19 Sumut, dr Handoyo, dan Pimpinan RS Martha Friska Multatuli, dr Franciscus Ginting, Edy menjenguk pasien covid-19.
Di rumah sakit rujukan covid-19 Pemprov Sumut itu, ada 32 pasien positif covid-19 dan Pasien dalam Pengawasan (PDP) kategori ringan dan berat.
Tenaga Medis di RS GL Tobing Mogok Kerja, Gugus Tugas: Ada Miss Komunikasi Soal Gaji dan Penginapan
Secara umum, kata Gubernur Edy, kondisi pasien dalam keadaan baik. Sejumlah pasien diajaknya bicara. Bahkan pasien berstatus PDP berat, disebutnya sudah sehat.
"Saya melihat mereka. Dan saya buktikan bahwa mereka sehat semua. Sehat, ada yang saya suruh push up, push up!. Ada yang suruh, semua bisa dia lakukan. Saya sehat pak, saya sudah sehat," kata Edy.
Soal tenaga kesehatan yang bertugas menangani pasien covid-19, kata Edy, juga dalam kondisi siap melayani. "Saya melihat isu tidak baik. Ada yang bilang dokternya mengulah, susternya mengulah. Anda bisa lihat sendiri, begitu mereka bersemangat," sebutnya.
Bahkan kepada para pasien, Edy menanyakan bagaimana pelayanan para tenaga kesehatan. "Saya tanya bagaimana perawatan pasien, bagus sekali. Saya senang. Saya paling sulit memuji orang, tapi ini real. Demi Tuhan saya buktikan bahwa mereka memang semangat," ujar Edy.
"Kalian tetap semangat," tanya Edy kepada para tenaga kesehatan yang berada di sekelilingnya, yang spontan dijawab semagat oleh para tenaga medis.
Kembali soal nekatnya ia berkunjung ke rumah sakit rujukan covid-19 itu, Edy mengakui diprotes berbagai pihak. Namun itu semua diabaikannya karena ingin membuktikan bagaimana kondisi pasien dan kesiapan tenaga medis.
"Iya saya minta maaf. Ada prosedur-prosedur kesehatan yang tak boleh, usia saya sudah tua. Saya dalam kondisi puasa, katanya. Bapak tak cocok. Tapi kan saya harus buktikan real, kalau katanya-katanya nanti salah. Tapi saya harus buktikan dan terbukti, ini baik semuanya," pungkas Edy.