Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Alangkah dahsyatnya. Ratusan ribu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Sumatera Utara (Sumut) terdampak pandemi Covid-19. Ribuan koperasi di daerah ini juga terimbas dan terpuruk akibat bencana ini.
Data berikut ini mengenaskan. Total jumlah UMKM yang terdampak di Sumut sebanyak 672.000 dari total 960.000 UMKM di 33 kabupaten/kota. Adapun koperasi yang terdampak sebanyak 7.700 dari 11.000 koperasi yang ada..
Mereka mengalami penurunan omzet karena permintaan masyarakat anjlok. Mereka juga kesulitan mencari bahan baku, karena banyaknya perusahaan yang tutup atau yang tidak menjalankan aktivitasnya. Distribusi juga terganggu. Sementara akses pembiayaan semakin sulit di era pandemi Covid-19 ini.
Padahal ketika krisis ekonomi pada 1997-1998 silam, UKM mampu bertahan. Bahkan, mampu menyerap tenaga kerja pada 1997 mencapai 57,40 juta (87,62%). Kemudian, pada 1998, penyerapan kerja mencapai 57,34 juta (88,66%).
Padahal, kala itu, tingkat inflasi mencapai 88%. Defisit 13% dan cadangan devisa kurang lebih USD17 miliar. Namun sektor UKM tetap berjalan dengan baik.
Krisis ekonomi tahun 1998 di Indonesia sudah menjelaskan bagaimana rentannya modal asing terhadap krisis. Ketergantungan pengusaha di Indonesia terhadap pihak asing telah menyebabkan pengusaha tersebut rentan jika terjadi krisis.
Sementara, sebagian besar UKM terbukti mampu menerjang perekonomian selama kondisi krisis. Sektor pertanian kakao dan tembakau sangat diuntungkan.
Tak heran ketika krisis pada 1997-1998 lalu, banyak petani sawit di Labuhanbatu yang membeli mobil baru, membangun rumah dan menyekolahkan anaknya ke Jawa. Maklum, rupiah terpuruk menjadi Rp 17.500 per USD yang dengan sendirinya mendongkrak hasil penjualan TBS sawit.
Apalagi sebagian besar UKM memproduksi barang-barang konsumsi dan jasa dengan elastisitas permintaan rendah sehingga tingkat pendapatan masyarakat tidak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Selain itu, sebagian besar UKM tidak mendapat modal dari bank, sehingga ketika sektor perbankan terpuruk tidak terlalu berpengaruh bagi UKM.
Tapi kejayaan UMKM itu tinggal kenangan. Kini mereka terpuruk menunggu uluran tangan pemerintah. Negara harus hadir menolong mereka dari penderitaan.