Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. PT Bank Sumut akan merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB) Tahun 2020 karena pandemi virus corona telah mengganggu kinerja bank daerah tersebut. Dampak pandemi corona paling dirasakan pada penyaluran kredit/pembiayaan. Karena itu, kredit kemungkinan akan menjadi target utama untuk revisi.
"Karena pembiayaan Bank Sumut sudah mulai turun akibat pandemi corona. Diprediksi akan ada penurunan berkisar 10-20%. Jadi revisi RBB Bank Sumut khususnya menyangkut target pembiayaan," kata Direktur Utama Bank Sumut, Muchammad Budi Utomo, Kamis (14/5/2020).
Terdampaknya pembiayaan/kredit Bank Sumut karena sektor perdagangan cukup banyak menyerapnya. Padahal, sektor perdagangan-lah yang paling terpuruk sejak ada virus corona. Pembiayaan di sektor perdagangan termasuk hotel diperkirakan akan mengalami penurunan hingga 60%.
Tapi meski akan merevisi target pembiayaan, Bank Sumut tetap optimus akan tetap tumbuh dan membukukan kinerja positif tahun ini. Hal itu terutama merujuk pada kinerja di Triwulan I-2020 dimana Bank Sumut masih mampu meraih laba bersih hingga Rp 137,2 miliar atau mencapai 104,46% dari target yang direncanakan per Maret 2020.
Per Maret 2020, tercatat aset Bank Sumut mencapai Rp 33,8 triliun, dana pihak ketiga (DPK) Rp 27,3 triliun dan penyaluran kredit mencapai Rp 23,7 triliun.
"Tentu kami masih optimis. Apalagi kredit atau pembiayaan Bank Sumut juga cukup besar kepada ASN yang gajinya masih lancar. Memang untuk saat ini pembiayaan ASN menjadi salah satu yang masih tumbuh karena kepastian bayarnya ada. Tentu kami akan mengandalkan ASN dalam penyaluran kredit. Dengan kondisi itu, kredit bermasalah Bank Sumut bisa ditekan," katanya.
Meski diakuinya ada kecenderungan kenaikan kredit macet, namun masih di bawah ketentuan Bank Indonesia (BI) sebesar 5%. Namun pihaknya berkomitmen agar kredit macet atau non performing loan (NPL) gross bisa ditekan di kisaran 3%-an dari sekarang sekitar 4,7%.
"Sebenarnya kami sudah akan penyelesaian kredit tapi terjadi wabah corona. Itu yang membuat NPL gross-nya naik. Tentu kami berupaya agar bisa menekannya dan kembali di kisaran 3%-an," kata Budi Utomo.