Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Dalam beberapa minggu terakhir ini terjadi beberapa kali bencana hidrometeorologi di wilayah Provinsi Sumatra Utara, di antaranya banjir bandang yang merendam 3 kecamatan di Kabupaten Asahan (29 April 2020), banjir bandang akibat meluapnya Sungai Simeme Sibiru-biru di Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang (14 April 2020) yang mengakibatkan satu warga yang merupakan karyawan Bendungan Simeme tewas (antaranews.com). Kemudian, banjir yang diikuti longsor di Kecamatan Kotanopan dan Kecamatan Muara Sipongi, Kabupaten Mandailing Natal (5 April 2020). Bencana ini disebabkan meluapnya Sungai Batang Gadis akibat curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Meskipun tidak terdapat korban jiwa, namun kejadian bencana ini telah menyebabkan 1 unit rumah hanyut, 1 unit rumah terkena longsor, 2 jembatan rusak berat, 1 unit musholla rusak berat dengan dan 5 hektar lahan tergenang.
Sedangkan yang terakhir adalah kejadian angin puting beliung yang melanda beberapa wilayah Provinsi Sumatra Utara, di antaranya di Kota Gunung Sitoli pada 22 Februari 2020 yang merusak sejumlah kios milik pedagang di eks Terminal Gunung Sitoli (Klik Today News.com). Kejadian angin kencang dan hujan es juga terjadi di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba pada 12 April 2020 yang mengakibatkan banyak pohon tumbang dan 34 unit rumah rusak.
Berdasarkan hasil analisis dan prediksi yang dihimpun dari berbagai data yang diperoleh dari beberapa UPT dan Pos Hujan Badan Mateorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang tersebar di wilayah Provinsi Sumatra Utara, memasuki bulan April-Mei 2020 sebagian besar wilayah sudah memasuki awal musim hujan. Saat ini wilayah Provinsi Sumut memiliki 11 zona musim atau biasa disebut ZOM. ZOM adalah wilayah yang memiliki pola hujan yang sama dan jelas perbedaaannya antara musim hujan atau musim kemarau. Namun ada 4 wilayah di mana pola hujannya tidak ada perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau. Wilayah ini disebut wilayah non-ZOM.
Secara umum awal musim hujan di Sumut sangat bervariasi, berkisar antara dasarian III (21-30) Maret 2020 hingga dasarian I (1-10) Mei 2020. Sehingga bulan April-Mei 2020 diprediksi merupakan puncak musim hujan. Puncak musim hujan umumnya ditandai dengan meningkatnya intensitas curah hujan di beberapa wilayah yang berpotensi untuk menimbulkan genangan air dan tanah longsor. Hasil analisis curah hujan bulan Maret 2020, sebagian besar wilayah Sumut mengalami curah hujan dengan kategori rendah hingga menengah (berkisar 21 mm- 300 mm). Daerah yang mengalami curah hujan kategori tinggi (301-400 mm) meliputi sebagian kecil Kabupaten Humbang Hasundutan, Mandailing Natal, Pakpak Barat, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara. Adapun daerah yang mengalami curah hujan kategori sangat tinggi (>400 mm) meliputi sebagian kecil Kabupaten Asahan, Padang Lawas, Pakpak Barat, Samosir, Simalungun, Tapanuli Tengah, dan Humbang Hasundutan.
Mengacu pada kejadian bencana hidrometeorologi di wilayah Provinsi Sumut yang berhasil dihimpun, menunjukkan bahwa kejadian rata-rata cuaca ekstrim yang diikuti dengan hujan lebat dan angin kencang terjadi pada kurun waktu bulan April 2020. Hal ini tentunya sangat sesuai dengan prediksi dari BMKG Sumut yang menyebutkan bahwa April-Mei merupakan puncak musim hujan. Informasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2020 pada keyataannya sudah disampaikan kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) sebagai sebuah pedoman di dalam meningkatkan kesiapsiagaan.
Kepedulian terhadap kesiapsiagaan bencana sebenarnya bukan tanggung jawab sepenuhnya Pemda, namun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menggulirkan istilah Pentahelix dalam upaya penanggulangan bencana, di mana koordinasinya harus melibatkan pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi dan media masa.
Berdasarkan keragaman cuaca dan iklim, wilayah Provinsi Sumatra menempati posisi yang cukup strategis, di mana secara geografis sangat dekat dengan garis ekuator. Setiap tahun Provinsi Sumut sangat dipengaruhi oleh angin timuran yang bertiup dari wilayah Benua Australia maupun angin baratan yang bertiup dari wilayah Benua Asia. Berdasarkan update Peringatan Dini Cuaca periode 16-18 Mei 2020 yang dirilis oleh BMKG di website www.bmkg.go.id, terlihat adanya aktivitas Siklon Tropis Vongfong yang terpantau di perairan utara Filipina dengan tekanan 1000 milibar dengan kecepatan 35 knot (65 km/jam) yang bergerak ke arah utara barat laut. Diperkirakan intensitas Siklon Tropis Vongfong dapat bertahan dalam 24 jam ke depan. Secara umum Siklon Tropis Vongfong tidak memberikan dampak terhadap cuaca di Indonesia.
Meskipun disebutkan bahwa Siklon Tropis Vongfong tidak mempengaruhi pola cuaca di wilayah Indoensia, namun istilah Efek Kupu-Kupu (butterfly effect) cukup dapat memberikan konsekuensi terkait peningkatan cuaca ekstrim, khususnya di wilayah Provinsi Sumut dan sekitarnya. Butterfly efect adalah sebuah istilah dalam teori kekacauan, di mana munculnya perbedaan kecil di suatu tempat dapat mempengaruh kejadian di tempat lain dalam sebuah sistem yang bersifat nonlinier. Teori kekacauan yang berkenaan dengan sistem yang tidak teratur, salah satunya adalah proses pembentukan awan dan dinamika cuaca yang bersifat acak, tidak teratur, dan anarkis.
Berdasarkan hasil Gradient Wind Analysis yang dikeluarkan Bureau of Meteorology Australia tanggal 17 Mei 2020, kemunculan Siklon Tropis Vongfong di Belahan Bumi Utara menyebabkan massa udara di wilayah ekuator khususnya di wilayah Provinsi Sumut tertarik ke arah perairan utara Filipina. Bergeraknya massa udara ini ke arah timur serta adanya pengaruh gaya coriolis di wilayah ekuator menyebabkan munculnya belokan angin yang memanjang mulai dari Samudera Hindia sebelah barat Sumatra hingga Selat Malaka bagian tengah. Gaya coriolis adalah gaya semu akibat pengaruh rotasi bumi, sehingga seolah-olah angin dibelokkan ke arah kanan dari belahan bumi utara (BBU) dan dibelokkan ke kiri dari belahan bumi selatan (BBS). Kemunculan belokan angin di atas wilayah Provinsi Sumut tentunya menimbulkan konsekuensi dalam proses dinamika cuaca, yakni potensi pertumbuhan awan-awan hujan akan semakin besar. Di sisi lain, kemunculan sirkulasi siklonik terpantau di Samudera Hindia Barat Sumatera Utara mampu meningkatkan potensi hujan di sekitar daerah siklonik tersebut. Daerah konvergensi juga terlihat memanjang di Samudera Hindia Barat Bengkulu dan di Laut Arafuru bagian barat. Kondisi ini mampu meningkatkan potensi hujan di sekitar daerah konvergensi tersebut. Pengaruh labilitas lokal yang cukup kuat sangat mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di wilayah Aceh, Sumut, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat, dan Papua.
Dengan mengacu pada analisis kondisi dinamika cuaca tersebut, harus disadari bahwa dalam beberapa hari ke depan potensi bencana hidrometeorologi yang disebabkan oleh cuaca ekstrim (hujan lebat dan angin kencang) sangat berpeluang terjadi di wilayah Sumut. Untuk itu BMKG mengimbau agar perlu dilakukan beberapa upaya-upaya dalam membangun kesiap siagaan bencana. Di sinilah peran pemerintah daerah sangat diperlukan dalam memberikan informasi peringatan dini baik kepada bupati/wali kota untuk tetap terus memantau perubahan cuaca/iklim yang terjadi di wilayahnya. BMKG saat ini juga sudah menyediakan informasi yang beraneka ragam, baik melalui website (bmkg.go.id), media sosial (Whatsapp, Facebook, Twiter, Instagram, dll) , maupun media cetak (berbasis cetak maupun online) dan media elektronik (radio dan televisi).
Tips Aman
Sedangkan bagi masyarakat Sumut dalam memasuki puncak musim hujan di bulan Mei-Juni 2020, BMKG memberikan beberapa tips agar tetap aman dan selamat. Pertama, saatnya mulai mengganti genting rumah yang retak. Hal ini untuk menghindari bocor di atas rumah saat musim hujan. Kedua, bersihkan saluran pembuangan atau talang air dari daun-daun dan sampah. Terutama bagi Anda yang memiliki pohon besar di sekitar rumah. Ketiga, persiapkan sumber listrik cadangan, pasalnya kilat atau petir dapat membuat suplai listrik terputus. Keempat, kenali lebih dalam terkait potensi kebencanaan di wilayah masing-masing agar kita dapat lebih siap jika sewaktu-waktu bencana terjadi, Dan kelima, bekali diri dengan selalu mengupdate informasi terkini terkait cuaca melalui lembaga resmi (BMKG).
Dengan menerapkan kelima upaya tersebut serta membangun koordinasi yang sinergis dengan pemerintah daerah diharapkan upaya antisipasi dan kesiapsiagaan yang dibangun akan meminimalisir kerugian baik korban jiwa maupun materi.
===
Penulis Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan.
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]