Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Shinta Rumata Simanjuntak (59) menuding Kapolrestabes Medan yang saat itu dijabat Kombes Johnny Eddizon Isir melakukan pembohongan publik dalam konferensi pers terkait penangkapan dan penembakan dua pentolan geng motor (gemot) Ezto yang merupakan anak kandungnya. Menurut Shinta, Kombes Isir tidak cross check sebelum memaparkan kasus yang ditangani Polsek Helvetia tersebut.
"Saya sangat kecewa dengan Kombes Isir, kenapa terlalu sepihak 'menghakimi' kedua anak saya di dalam konferensi pers itu, seharusnya sebagai pimpinan harus cross check dulu informasi yang diberikan anggotanya," tegas Shinta didampingi kuasa hukumnya, Fery Tambunan SH MH dan Gabe Gimbal, Ketua LSM Tamperak Kota Medan kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (20/5/2020) sore.
Shinta, pensiunan PNS Unimed ini menjelaskan, dua anak kandungnya, Fernando Imanuel Sinurat alias Nando dan Daniel MT Sinurat alias Anin yang disebut pentolan gemot Ezto, ditangkap personel Polsek Helvetia. Anehnya, keduanya ditangkap sehat namun sampai ke Mapolsek Helvetia, kedua kakinya sudah luka ditembak polisi. Menurut polisi, keduanya ditangkap atas laporan korban, Rico Lumbanraja (16) yang mengaku dianiaya kelompok Ezto hingga koma.
"Justru ini yang menjadi aneh, kami memiliki bukti kalau korban adalah salah satu pentolan Genk motor SL (Simple Life) yang justru duluan melakukan penyerangan. Videonya bahkan sudah viral, makanya kami sangat curiga kenapa foto anak saya yang berada di dalam penahanan Polsek Helvetia bisa ia (korban) peroleh. Ini patut saya curigai kenapa bisa, ada apa?. Jadi saya sudah sangat dipermalukan, keluarga besar Sinurat dibuat malu seperti ini seakan-akan kami jahat sekali," beber Shinta.
Bahkan, sambung Shinta lagi, lucunya pihak korban memasang papan bunga ucapan atas keberhasilan polisi. Shinta pun terheran. Keberhasilan apa? Malah menurut Shinta, anaknya ditangkap baik-baik tapi tiba-tiba dibawa ke rawa-rawa dan ditembak kakinya.
"Jadi keberhasilan apa? Kenapa Kapolrestabes tidak cross check dulu dan hanya mendengarkan sepihak dari anggotanya saja. Jadi saya tegaskan kalau konferensi pers yang bapak Kombes Isir lakukan itu adalah pembohongan publik," tegasnya lagi.
Mengapa demikian, dijelaskan Shinta, karena sebelum kejadian korban sudah bukan lagi siswa methodist karena sudah dipecat akibat mengancam salah seorang guru. Namun dalam konferensi pers itu, Kombes Isir menyebut kalau korban akibat penganiayaan itu tidak lagi dapat sekolah dan cacat sehingga tidak normal. Namun dalam video yang beredar, korban terlihat sehat segar bugar bahkan mengeluarkan ancaman kepada kelompok Ezto.
"Saya tidak membenarkan apa yang sudah dilakukan anak saya, silahkan dihukum sesuai yang berlaku. Tapi polisi harus juga bersikap adil dan cross check dulu sebelum membuat kami terzolimi seperti ini. Jangan salah orang lain malah ditanggung ke anak saya. Itu namanya penzoliman," pungkas Shinta yang berharap kepada Kapoldasu Irjen Pol Martuani Sormin agar dapat menindak anggotanya yang telah menyalahi dengan menembak kedua kaki anaknya pada 23 April 2020 lalu.
Terpisah, Kabid Humas Poldasu melalui Kasubdit Penmas Bid Humas Poldasu, AKBP MP Nainggolan saat dikonfirmasi terkait tudingan ibu kedua tersangka pentolan gemot Ezto tersebut mempersilahkannya melapor ke Propam.
"Gak perlu repot-repot. Kalau merasa itu tidak benar, silahkan laporkan ke Propam," jawab Nainggolan singkat.