Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Hari ini, 21 Mei 2020, kita ingat sudah 22 tahun rezim Soeharto lengser. Meskipun ada euforia atas jatuhnya rezim yang otoriter, duka nestapa juga mendera Indonesia. Banyak bank yang bangkrut, PHK merajalela, penjarahan massal, hingga inflasi yang mencekik dan kurs rupiah anjlok luar biasa.
Dengan hati sayu, kita kenang Indonesia menangis. Jika diibaratkan seorang ibu, Indonesia “menangis” sudah berkali-kaii. Perekonomian pun morat-marit setelah peristiwa G30S pada 30 September 1965. Inflasi mencapai 600% dan antri sembako dimana-mana.
Sekarang, air mata ibu kembali membasahi pipi. Indonesia didera serbuan Covid-19. Korban terjangkit sudah di atas 18.000 orang. Tak sedikit yang meninggal dunia. Belum lagi yang berstatus PDP dan ODP.
Efeknya juga telah mencabik-cabik perekonomian. Banyak usaha yang tercakar terluka-luka. PHK dan mereka yang dirumahkan jutaan orang. Tak sedikit yang pendapatannya tergerus dan menjadi jatuh miskin
Pemerintah pun tak tinggal diam. APBN di-refocussing untuk mengatasi Covid-19. Baik untuk menanggulangi pengobatan dan pencegahan wabah corona. APBN malah defisit lebih Rp 1.000 triliun.
Pemerinta tampaknya berprinsip pada waktunya prekonomian bisa pulih kembali. Perekonoian bukan sesuatu yang statis. Selalu ups and down menuruti dinamikanya sendiri. Tapi nyawa yang telah melayang, mustahil menghidupkannya kembali.
Sekarang, apa yang engkau lakukan terhadap ibu yang menangis. Tidakkah engkau berikhtiar supaya Ibu berhenti bermuram durja, dan kembali menyunggingkan senyuman di bibirnya yang keriput.
Wahai, saudaraku! Ibumu akan berheni menangis jika engkau melakukan sesuatu yang membuat dia tak lagi bersedih. Hentikanlah segera persebaran Covid-19. Bukalah pintu hatimu dengan mematuhi protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penularan wabah corona.
Betapa durhakanya engkau jika lebih mencintai Covid-19 dengan menjadi media penyebaran virus corona ketimbang mencintai ibumu sendiri. Bukan ibu yang salah mengandung, tapi kita jangan sampai tidak tahu diuntung.