Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Argentina mengajukan perpanjangan tenggat waktu negosiasi restrukturisasi utang kepada para kreditur atau investornya. Argentina berharap diberi waktu lebih hingga 12 Juni mendatang agar dapat mempersiapkan segala syarat yang dibutuhkan.
Demikian disampaikan oleh Menteri Ekonomi Argentina Martin Guzman, dikutip dari Reuters, Selasa (2/6/2020). Sebelumnya diketahui, berkali-kali Argentina selalu menemui kegagalan saat mengajukan negosiasi restrukturisasi utang senilai US$ 65 miliar atau setara Rp 975 triliun (kurs Rp 15.000/US$).
"Kami sedang mengerjakan amandemen akhir untuk negosiasi kali ini, tapi masih tersisa sedikit margin yang perlu disesuaikan terlebih dahulu," kata Guzman.
Argentina berkali-kali menghadapi masalah gagal bayar bunga surat utang, di mana terakhir nilainya mencapai US$ 500 juta atau setara Rp 7,5 triliun. Sehingga, total utang Argentina sudah tembus US$ 324 miliar setara Rp 4.860 triliun atau mencapai 90% dari produk domestik bruto (PDB) mereka.
Hal ini diperparah dengan keengganan para investor untuk mengabulkan tawaran negosiasi restrukturisasi utang yang diajukan Negeri Tango tersebut.
Meski sudah berulang kali mendapat penolakan, pemerintah Argentina tampaknya tak menyerah begitu saja. Negosiasi kali ini tampaknya bakal berhasil lantaran mendapat dukungan dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
"Ada ruang terbatas untuk meningkatkan pembayaran kepada kreditur swasta dan masih memenuhi ambang batas ruang dan layanan utang," tulis pernyataan resmi IMF.
Argentina sejak 2001 lalu memang sudah terjerat kasus gagal bayar akut yang menyebabkan krisis kepada jutaan warga negaranya sendiri terutama kelas menengah ke bawah. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya wabah virus Corona. Untuk itu, para investor pun berupa memberi banyak fleksibilitas kepada pemerintah Argentina terkait kasus gagal bayar tersebut. Akan tetapi, ketidakseriusan pemerintah Argentina lah yang dianggap menjadi penghambat setiap negosiasi yang dijalin.
"Pemegang obligasi telah menunjukkan banyak fleksibilitas dalam melakukan penawaran berkelanjutan ke Argentina. Sekarang, terserah Argentina untuk menunjukkan keseriusannya seperti apa," ujar Penasihat Hukum untuk kelompok kreditur Dennis Hranitzky.(dtf)