Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis – Jakarta. Harga telur ayam di pasar sedang tinggi. Di Pasar Senen, Jakarta Pusat, harga telur ayam Rp 28.000/kg, naik dari sebelumnya Rp 26.000/kg. Sementara di Karawang Barat, harga telur ayam tembus Rp 30.000/kg. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) segera turun tangan menyikapi kondisi ini.
Ketua KPPU Kurnia Toha menurunkan tim mengecek pemicu lonjakan harga telur ayam. "Sedang kami dalami itu, dan saya khusus meminta ini pada staf kami turun ke pasar untuk memantau ada apa ini," katanya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (10/7).
Dia mempertanyakan juga kenapa harga telur ayam masih tinggi, padahal sudah lewat masa Lebaran. "Makanya itu yang kita lihat kenapa kok ini masih tinggi," paparnya.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengakui harga telur sedang tinggi karena harga bahan baku pakan ternak ayam semakin mahal. "Iya (harga telur ayam tinggi). (Penyebabnya) harga bahan pakannya naik kan," katanya.
Sebagai informasi, menurut catatan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) sekitar 35% bahan baku pakan ternak masih diimpor.
Impor bahan baku pakan ternak berasal dari sejumlah negara, mulai dari Australia, Brasil, hingga Amerika Serikat (AS). Rinciannya, bungkil kedelai diimpor dari Brasil, Argentina dan AS. Sedangkan tepung daging dari AS, Australia dan Selandia Baru.
Sudirman menjelaskan harga bahan baku pakan ternak tersebut naik seiring menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.
Kartono, pedagang telur ayam di Pasar Senen Jakarta, mengatakan kenaikan ini berlangsung dalam beberapa hari terakhir."Ini sudah 3-4 hari kenaikannya. Biasanya itu Rp 26.000 per kg sekarang Rp 28.000 per kg," katanya.
Informasi yang dia peroleh ada dua pemicu lonjakan harga telur. Pertama, produksi telur berkurang. Kedua, harga pakan ternak ayam naik."Ini katanya karena produksi ayamnya sudah berkurang kan ayam yang tua-tua sekarang diseleksi lagi terus juga harga pakan lagi tinggi kan impor," terang Kartono.
Dia menambahkan sebelumnya menjual telur ayam di kisaran Rp 26.000-Rp 27.000/kg. Telur-telur tersebut diambil dari agen seharga Rp 24.300-Rp 25.300/kg.
Pedagang lainnya bernama Aji mengatakan telur ayam di lapaknya dibanderol Rp 28.000/kg. Dia mengambil dari agen langganannya Rp 26.000/kg. "Jualnya Rp 28.000 per kg kalau belinya (ke agen) sekarang Rp 26.000 jadi cuma ambil untung tipis Rp 2.000," tuturnya.
Menurut Aji, banyak pembeli mengeluh harga telur naik, meski akhirnya mereka tetap membeli. "Banyak yang tanya kok mahal, tapi tetap beli sih kan butuh. Ada juga yang tanya-tanya saja terus nggak jadi beli," tuturnya.
Sementara peternak ayam petelur, Tukinu, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan harga telur saat ini tinggi antara lain bangkrutnya peternak-peternak kecil dan ternak ayam diserang penyakit sehingga produksi telur menurun dan tidak mampu mencukupi kebutuhan pasar.
Faktor kedua, lanjut Tukinu, akhir-akhir ini banyak ternak ayam petelur yang diserang penyakit sehingga produksi telur tidak maksimal atau mengalami penurunan. "Produksi telur mengalami penurunan, biasanya maksimum 90 persen, sekarang rata-rata 70 persen. Misalnya, 1.000 ayam produksi telur 58 kg, sekarang paling dapatnya 40 kg," jelasnya.
Dia menegaskan dua faktor itulah yang menyebabkan harga telur mengalami kenaikan. "Kalau produksi turun kan otomatis permintaan tidak tercukupi. Yang mengakibatkan harga mengalami kenaikan," sambung warga Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Boyolali ini.
Harga telur di tingkat peternak di Boyolali, mencapai Rp 24.000/kg. Jumlah peternak ayam petelur di Boyolali, terangnya, saat ini sekitar 45 peternak. Jumlah produksi mencapai sekitar 25 ton. Selain untuk mencukupi kebutuhan Boyolali dan sekitarnya, telur dari peternak di Boyolali juga dikirim ke Jakarta.(dtf)