Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Suhendra Ratu Prawiranegara, menilai pembangunan infrastruktur jalan tol Trans Jawa oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), tidak memberikan efek positif bagi ekonomi rakyat.
Ada beberapa alasan yang diungkapkan Suhendra, salah satunya tarif tol Trans Jawa yang terlampau mahal. Dia mengatakan, mahalnya tarif jalan bebas hambatan sudah dirasakan para pengusaha logistik. Sehingga, angkutan truk pembawa logistik kini telah berpindah kembali menggunakan jalan nasional.
"Tarif tol Trans Jawa bisa mencapai Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta rupiah. Ini tentu membuat para pengusaha logistik menjerit. Mereka sudah lakukan protes kepada pemerintah. Pemerintah melalui kementerian yang berwenang berupaya merevisi besaran tarif. Ini bukti pemerintah mengakui tarif tol Trans Jawa kemahalan," kata Suhendra dalam keterangannya, Kamis (7/2).
Suhendra mengatakan, tarif tol di Indonesia merupakan tarif tol termahal di Asia Tenggara. Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum 2005-2009 ini merincikan, rata-rata tarif tol di Indonesia berkisar Rp 1.300 hingga Rp 1.500 per kilometernya. Sementara di negara-negara tetangga, seperti Singapura Rp 778/km, Malaysia Rp 492/km, Thailand dalam kisaran Rp 440/km, Vietnam dalam kisaran Rp 1.200/km, dan Filipina Rp 1.050/km.
"Dengan merujuk fakta dan angka di atas, bukan hal yang aneh jika para pengguna jalan tol di Indonesia protes atas tarif tol yang mahal," ucap Suhendra.
Tak hanya bertarif mahal, pembangunan tol Trans Jawa sudah barang tentu mengakuisisi lahan-lahan produktif pertanian dan perkebunan. Baik itu lahan milik perorangan atau milik korporasi, bahkan ada juga lahan produktif milik BUMN.
"Jika yang terkena adalah lahan produktif pertanian atau sawah, tentu akan berdampak pada produksi padi di daerah setempat," ucap Suhendra.
Selanjutnya, dampak negatif pembangunan tol Trans Jawa juga mulai dirasakan UMKM di wilayah pantura Jawa. Sejumlah UMKM di kota-kota sepanjang jalur pantura perlahan-lahan mati suri.
"Saya mendengar testimoni dari para pengusaha batik di Pekalongan, mereka sudah banyak mengeluh karena omzet menurun sejak tol Trans Jawa beroperasi tersambung. Keluhan semacam ini merupakan koreksi dan kritik atas kebijakan pemerintah dalam mengunggulkan infrastruktur khususnya jalan tol," tegas Suhendra.
Lebih cepat
Vice Corporate Finance PT Jasa Marga Tbk, Eka Setya Adrianto menjelaskan tarif yang berlaku saat ini di tol Trans Jawa sudah ditentukan berdasarkan kesepakatan awal.
"Kita hitung tarif sudah berdasarkan tender," ujar Eka dalam acara sharing session di Menara BCA, Jakarta, Kamis (7/2).
Eka mengungkapkan, jalan tol di Indonesia saat ini adalah alternatif atau pilihan bagi pengendara. Jika memang tarifnya dinilai terlalu mahal, maka pengendara dapat mengambil pilihan melalui jalan arteri atau non tol.
"Kalau merasa mahal, bisa lewat luar. Kalau merasa pas, lewat dalam," jelas dia.
Menurut Eka, tarif yang ditetapkan sudah sesuai dengan apa yang akan didapatkan. Misalnya, pengendara dapat memangkas waktu perjalanan menjadi lebih cepat.
"Ada waktu yang bisa dipangkas. Seharusnya secara productivity itu memang dia bayar tarif, tapi lebih cepat jadinya. Revenue yang didapatkan dua kali lipat dan bolak balik bisa lebih cepat, harusnya bisa diimbangi," jelas dia.
Sebelumnya, pengusaha truk yang tergabung dalam Asosisasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) memang mengeluhkan mahalnya tarif tol Trans Jawa. Kondisi tersebut membuat ongkos operasional pengiriman naik dua kali lipat dibandingkan lewat Jalan Pantura.
Wakil Ketua Umum Aptrindo Nofrisel mengatakan kenaikan 2 kali lipat itu sangat signifikan.
"Intinya kita bisa bandingkan selama ini hanya sekitar Rp 500-an ribu atau Rp 600-an ribu, sekarang bisa Rp 1 juta lebih, kan cukup siginifikan," katanya usai melakukan pertemuan dengan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Jakarta, Rabu (6/2).
Dia mengatakan, struktur biaya pengiriman barang dengan truk terdiri dari beberapa elemen, mulai dari bensin hingga pengemudi. Dengan tarif yang mahal itu akan makin menambah beban biaya.
"Kita membacanya bahwa penerapan tarif itu berpengaruh terhadap struktur cost kita dari sisi pengusaha truk. Kita dengan komponen seperti itu merasakan adanya implikasi cost yang naik di struktur cost kita," jelasnya.
Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) juga mengeluhkan hal yang sama, di mana keuntungan pengusaha logistik menjadi terpangkas akibat mahalnya tarif tol, pasalnya mereka tidak bisa menaikkan ongkos jasa ke customer karena terikat kontrak.
"Kemampuan daya beli dari customer kita nggak naik ya karena end customer mereka juga nggak punya kemampuan beli lebih ya kan. Kemudian kita nggak bisa naikkan harga seenak-enaknya harga jasa kita kepada customer," jelas Wakil Ketua Umum ALI Mahendra Rianto secara terpisah.
"Kalau biaya tol mahal, habis margin kita, gimana kita bayar utang," tambahnya. (dtf)