Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Townsville. Akhir tahun ini, pembangunan pelabuhan di Sorong (Papua Barat) akan dimulai. Pelabuhan strategis yang akan menampung kapal-kapal dari Australia ini diperkirakan menghabiskan dana sampai Rp 3,5 triliun.
Direktur Utama PT Pelindo II (Persero) RJ Lino mengatakan pembangunan ini akan dilakukan di atas lahan seluas 7.500 ha. Pastinya pelabuhan Sorong akan menjadi yang terluas di Indonesia. "Investasinya sekitar Rp 3 triliun hingga Rp 3,5 triliun. Pembebasan di sana kan 7.500 ha," kata Lino saat berbincang dengan wartawan di Townsville, Australia, baru-baru ini.
Proses pembangunan diperkirakan memakan waktu selama 2 tahun. Lino optimistis karena lahan yang akan dibebaskan merupakan area sepi penduduk sehingga prosesnya akan lebih mudah. "Sekarang belum ada pembebasan. Tapi di sana kosong, jadi hampir nggak ada kesulitan untuk melakukan pembebasan lahan," ujarnya.
Lahan yang luas, menurut Lino, adalah bagian dari perencanaan jangka panjang. Belajar dari kesalahan pembangunan di beberapa pelabuhan, ketika terjadi penambahan kapasitas, perluasan sulit untuk dilakukan. "Karena kalau pelabuhan hanya dibangun 100 ha sesuai kebutuhan hari ini, itu dalam waktu sebentar akan terkurung oleh kota. Nggak boleh lagi seperti itu," tegas Lino.
Saat beroperasi pada 2017, diharapkan kapasitasnya akan mencapai 700.000 TEUs untuk menampung kapal dengan muatan 10.000-12.000 kontainer.
Sedangkan kualitasnya dipastikan akan bertaraf dunia, baik dari sisi produktivitas hingga pelayanan. "Harus bangun sekalian gede dan level service-nya itu tinggi. Karena memperbaiki orang itu setengah mati. Jadi mumpung baru, itu harus langsung dibikin bagus manajemennya," jelas Lino.
Tol Laut
RJ Lino melanjutkan kunjungannya di Townsville dengan menemui kalangan dunia usaha setempat. Lino memaparkan perkembangan ekonomi Indonesia secara umum, hingga kebijakan pemerintah dalam jangka pendek dan menengah.
Hadir dalam agenda ini sekitar 25 orang pengusaha, yang merupakan bagian dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Townsville. Termasuk Ketua Umum Stephen Motti dan CEO Port of Townsville Patrick Brady.
Lino menuturkan, dalam kurun waktu 15 tahun mendatang, Indonesia diproyeksi akan menjadi negara ketujuh terbesar di dunia. Dengan jumlah kelas menengah sebanyak 135 juta orang, dan mayoritas populasi berada di perkotaan.
"Bayangkan akan sebesar apa ekonomi Indonesia, dan potensi dari perdagangan yang bisa dimanfaatkan," ujar Lino. Pemerintahan baru akan mendorong proyeksi tersebut direalisasikan. Upaya terbesar adalah dengan melakukan reformasi pada komponen subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini porsinya besar di APBN.
Reformasi tersebut dengan mengalihkan anggaran subsidi tersebut untuk pembangunan infrastruktur yang menjadi kebutuhan masyarakat luas. Nilainya diketahui mencapai Rp 200 triliun, ditambah beberapa kebijakan lainnya. "Pemerintah mencabut subsidi untuk premium untuk bangun infrastruktur," sebutnya.
Kebijakannya tidak berhenti di sana. Karena ada permasalahan besar yang membuat perdagangan di Indonesia tidak efisien, yaitu biaya logistik. Sehingga diciptakanlah tol laut yang menyambungkan ujung barat ke timur Indonesia.
"Banyak orang berpikir tol itu adalah jalan. Tapi bukan. Tol ini di laut yang terhubung dengan pelabuhan-pelabuhan besar di setiap pulau," kata Lino.
Pelabuhan yang nantinya terkait dengan Australia adalah Sorong. Dibangun di atas lahan 7500 hektar, Sorong akan menjadi tempat persinggahan strategis bagi kapal-kapal Australia. Khususnya dari utara dan selatan Australia.
Saat beroperasi pada 2017, diharapkan kapasitasnya akan mencapai 700.000 TEUs. Kualitasnya dipastikan akan bertaraf dunia. Baik dari sisi produktivitas hingga pelayanan. Karena hal tersebut yang menentukan pelabuhan menjadi area yang layak untuk berlabuh.
Selama ini kapal barang dari pelabuhan Townsville, Australia yang menuju Tanjung Priok, Jakarta menghabiskan waktu selama 24 hari. Nantinya dengan pengalihan rute ke pelabuhan Sorong, maka hanya akan habiskan waktu kurang dari 10 hari.
"Kalau selama ini kapal dari Townsville ingin ke far east, maka harus turun ke Brisbane atau Sidney. Itu mahal sekali biayanya. Sekarang kalau melewati Sorong, pasti akan lebih murah, termasuk untuk ekspor ke Indonesia," jelasnya.
Usai paparan, pengusaha melakukan tanya jawab dengan Lino. Banyak yang tampak heran dengan rencana tersebut dan kemudian mempertanyakan bagaimana upaya merealisasikannya serta pihak-pihak yang mendukung pemerintah. "Animonya tampak besar sekali, sebab mereka lihat ada opportunity besar sekali di Indonesia. Jadi mereka tinggal memilih apakah mereka akan investasi atau supply barang," terangnya. (dtf)