Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Banyumas - Untuk membangun karakter generasi muda dalam bidang kesusastraan, supaya lebih peduli dan berpihak kepada masyarakat bawah. Sastrawan legendaris asal Banyumas, Ahmad Tohari yang bulan Juni nanti genap berusia 72 tahun, meresmikan Umah Sastra Ahmad Tohari di Agro Karang Penginyongan, Kecamatan Cilongok, Banyumas.
Rumah sastra ini nantinya diharapkan dapat berperan serta dalam membangun karakter panginyongan, egalitarian kerakyatan. Selain itu ikut membangun perasaan masyarakat dan anak muda melalui bacaan bacaan sastra.
"Sastra itu tentang kehidupan, tentang manusia dan tentang kemanusiaan. Jadi semakin banyak orang membaca sastra dia akan lebih tahu, lebih paham apa itu manusia dan kemanusiaan," kata Ahmad Tohari usai meresmikan Umah Sastra Ahmad Tohari.
Menurut dia, pembangunan suatu pribadi itu harus dua arah. Satu arah intelektual dan yang satu arah kepada perasaan. Jika hanya pintar secara intelektual, namun kurang tajam dalam hal perasaan, maka semua akan berkembang tidak lengkap.
"Kalau orang yang membaca karya karya saya, baik cerpen maupun novel itu jelas sekali sastra yang berpihak kepada masyarakat bawah. Ini karakter yang kita bangun adalah suatu sikap peduli kepada yang di bawah dan masih sangat perlu banyak perhatian. Jadi sastra yang saya bangun adalah sastra yang mempunyai karakter egalitarian," ujarnya.
Dia menjelaskan jika Umah Sastra Ahmad Tohari ini selain ingin agar sastra bisa diminati oleh masyarakat khususnya para pelajar. Di rumah sastra ini nanti akan ada berbagai macam kegiatan layaknya sebuah museum yang menampilkan karya karya Ahmad Tohari dan sastrawan lainnya.
Bangun Karakter Egalitarian Melalui Umah Sastra Ahmad TohariFoto: Umah Sastra Ahmad Tohari. Arbi Anugrah/detikHOT
"Bisa dikatakan ini menjadi rumah kedua saya. Tadinya ini mau dibuatkan di belakang rumah saya. Tapi kalau dibangun di rumah saya ramai sekali dan tidak ideal untuk tempat pengembangan sastra. Disini ada keuntungannya, udaranya segar dan suasananya lebih sepi," ucapnya.
Ahmad Tohari merupakan tokoh nasional yang telah melahirkan karya-karya terbaiknya yang di antaranya Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dinihari (1985), dan Jantera Bianglala (1986). Bahkan karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
"Tidak banyak karya, dibanding Wendo tidak seberapa saya. Sekitar 11 (Novel) dan 3 cerpen. Walaupun tidak banyak, kuantitas kecil tapi kualitas besar," jelasnya.
Bangun Karakter Egalitarian Melalui Umah Sastra Ahmad TohariFoto: Umah Sastra Ahmad Tohari. Arbi Anugrah/detikHOT
Dalam peresmian Umah Sastra Ahmad Tohari ini juga ditampilkan berbagai macam kesenian Banyumasan, diantaranya 'Sendratari Buka Kelambu' yang diangkat dari novel Ronggeng Dukuh Paruk, kemudian pentas Geguritan dan penampilan Teater Gethek.
Dimas Indiana Senja, penyair sekaligus yang nantinya dipercaya mengelola Umah Sastra Ahmad Tohari ini mengatakan jika Umah Sastra Ahmad Tohari ini sebenarnya didirikan dengan kesadaran bahwa di Jawa Tengah belum ada rumah sastra yang khusus mempelajari sastra. Kemudian ada pelatihan pelatihan menulis, pagelaran sastra hingga di penerbitan.
"Jadi nanti setiap bulan itu ada pementasan, baik sastra, teater maupun sebagainya. Kemudian ada kelas menulis, setelah kelas menulis dilaksanakan nanti diterbitkan sama Umah Sastra Ahmad Tohari," ujarnya.
Bangun Karakter Egalitarian Melalui Umah Sastra Ahmad TohariFoto: Umah Sastra Ahmad Tohari. Arbi Anugrah/detikHOT
Dia mengungkapkan jika pelatihan menulis itu nantinya akan difokuskan pada guru-guru dan siswa. Selain itu, bukan hanya pada karya karya Ahmad Tohari, namun juga karya sastra lain secara umum.
"Nanti ada pelatihan ke guru guru dan siswa tentang menulis. Harapannya disini jadi pusat studi sastra. Memang namanya Ahmad Tohari, tapi nanti tidak hanya karyanya Ahmad Tohari saja yang dipelajari, tapi secara umum ada pelatihan tulis menulis puisi, geguritan, ada cerpen ada esai, target ke depannya seperti itu," jelasnya.
Bangun Karakter Egalitarian Melalui Umah Sastra Ahmad TohariFoto: Umah Sastra Ahmad Tohari. Arbi Anugrah/detikHOT
Kemudian nantinya di Umah Sastra Ahmad Tohari ini selain merupakan museum mini yang menampilkan karya karya Ahmad Tohari dan perlengkapan menulis milik Ahmad Tohari seperti salah satunya mesin ketik yang sudah menemani Ahmad Tohari dalam membuat karya. Disini juga akan ada bank data yang mengulas semua tentang karya Ahmad Tohari dalam bentuk soft file.
"Nanti ini disini seperti museum mini, disini nanti ada semacam bank data berbentuk soft file karya karya yang pernah mengulas karya Ahmad Tohari mulai dari skripsi, tesis, disertasi, nanti dikumpulkan disini. Jadi kalau ada orang mau mempelajari tentang Ahmad Tohari bisa datang ke sini karena datanya disini," ujarnya. dtc