Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Langkat. Rahmadsyah (43), sering kebanjiran order membuat perahu dari kayu. Ia tinggal di Jalan Udang Benteng, Kelurahan Pekan Tanjungpura, Kecamatan Tanjungpura, Kabupaten Langkat.
Keahliannya membuat perahu kayu tidak datang begitu saja. Hidup menjadi pembuat perahu kayu sudah dilakoni tiga generasi. Dari sang kakek, ayah, dan dirinya. Meski permintaan tidak datang setiap saat, ia tetap menekuni bisnis turun temurun itu hingga saat ini.
Membuat sampan, tuturnya, bukanlah pekerjaan sesungguhnya. Ia juga merangkap berjualan ikan di pasar untuk menambah penghasilan. "Ketimbang ilmu yang sudah diwariskan orangtua ini hilang, yah tetap dilakukan," katanya yang akrab disapa Amat.
Bahan baku perahu kayu, katanya, terbuat dari kayu meranti asli. Belum lagi gading-gading kayu yang harus terbuat dari halban. Karena menggunakan bahan baku kayu pilihan, tak heran harga perahu kayu ukuran 28 kaki bisa menghabiskan Rp 14 juta. Pengerjaannya dilakukan selama sebulan dengan dua orang tenaga kerja.
"Modal bahan sekitar Rp 8 juta untuk sampan ukuran 28 kaki/8,40 meter. Artinya, kami per orang hanya mengambil jasa kerja Rp 90.000 sampai Rp 100.000 per hari," terangnya.
Tak berbeda jauh dengan A Leng (65). Ia telah melakoni sebagai pembuat perahu kayu sejak berusia 15 tahun. Ilmu membuat perahu ia dapatkan dari ayahnya (A Lai). Pun juga dengan sang ayah yang mendapatkan ilmu membuat perahu dari sang kakek (A Him). Membuat perahu kayu sudah dimulai sejak 1920-an
"Saya mendapat ilmu membuat sampan dari ayah, kemudian dari sang kakek yang pindah dari RRC ke Tanjungpura," ceritanya.
Perahu kayu ini, katanya, masih banyak peminatnya. Karena susahnya mendapatkan kayu meranti, tak jarang pembuatannya sekarang sering menggunakan kayu waru dan mahoni untuk dijadikan gading-gading. Harusnya, gading-gading terbuat dari kayu halban.
"Ketahanan gading-gading dari kayu halban tidak mudah pecah ataupun terbelah dan seratnya mengikat. Kalau dipaku, kayu ini menggigit dan lengkat, sehingga kuat. Dan papannya harus kayu meranti atau meranti batu supaya tidak cepat dimakan kapang," tutur A Leng.