Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta - Bank Indonesia (BI) akhirnya menurunkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% dari sebelumnya 4,75%. Penurunan ini dilakukan setelah BI menahan suku bunga selama 9 bulan.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, sampai kuartal II-2017 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,01%, atau lebih rendah dari perkiraan saat awal tahun. Maka dari itu BI menurunkan kebijakan moneter untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
"Kami melihat ada ruang pelonggaran, sehingga bisa untuk mendorong perekonomian nasional," kata Mirza dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Dengan kebijakan BI, maka diharapkan bisa diikuti oleh penurunan bunga kredit perbankan. Sehingga bisa mendorong penyaluran kredit perbankan dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2017 tetap dalam kisaran 5,0-5,4% dan akan meningkat menjadi 5,1-5,5% pada tahun 2018.
Namun dia mengatakan stabilitas moneter dan makro ekonomi memiliki dua ukuran yakni inflasi dan neraca pembayaran Indonesia (NPI). "Maka BI melihat dulu bagaimana inflasi dan current account deficit (CAD)," jelasnya.
Inflasi terkendali pada level yang lebih rendah dari perkiraan semula, sehingga mendukung pencapaian sasaran inflasi sebesar 4 plus minus 1% tahun 2017 dan 3,5+1% tahun 2018. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juli 2017 tercatat 2,60% (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,88% (yoy).
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus US$ 700 miliar ditopang oleh surplus transaksi modal dan keuangan sebesar US$ 5,9 miliar melebihi defisit neraca transaksi berjalan sebesar US$ 5 miliar (1,96% PDB). Defisit transaksi berjalan diperkirakan akan tetap terjaga dalam batas aman di bawah 3% PDB, yaitu di kisaran 1,5-2,0% PDB pada tahun 2017
Mirza meyakini faktor gangguan dari luar negeri, seperti kenaikan suku bunga acuan AS Federal Reserve (The Fed) sudah sedikit berkurang. Selain adanya proyeksi bekurangnya rencana The Fed, investor tampaknya sudah bisa menerima kebijakan tersebut.
"Donald Trump waktu itu memperkirakan ekonomi bisa tumbuh lebih cepat, inflasi lebih tinggi. Jadi Fed rate bisa naik, tapi ternyata lebih lambat dari awal tahun maka kenaikan Fed rate diprediksikan akan naik sekali lagi pada Desember 2017," ujar Mirza.dtc