Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Ibu bayi Debora (4 bulan) yang meninggal karena tak ditangani tepat waktu akibat terbentur biaya, Henny Silalahi mengisahkan cerita pilu yang dialaminya. Dia sudah meminta dengan sangat kepada pihak rumah sakit untuk membantu, namun mereka disebut tak mau mendengarkan.
Debora tak bisa masuk ke PICU seperti yang disarankan dokter jaga di RS Mitra Keluarga Kalideres karena terbentur biaya. Uang DP yang diberikan orangtua Debora tidak cukup. Total biaya Rp 19,8 juta, uang yang ada hanya Rp 5 juta. Debora baru diizinkan masuk bila ada DP Rp 11 juta.
"Saya sudah bilang. Saya kerja, saya karyawan, saya mampu bayar. Saya bilang terima dulu yang Rp 5 juta, pagi buta saya cari uang di mana. Tapi siang kita bayar," cerita Henny, Sabtu (9/9).
Pegawai administrasi RS Mitra Keluarga Kalideres tak mengindahkan permohonan Henny. Debora tetap tak bisa masuk bila tidak ada dana seperti yang disyaratkan.
"Saya bilang pegang ini (uangnya), tapi dengan sinisnya dia (pegawai RS Mitra Keluarga) ngomong nggak bisa kalau segitu," kata Henny.
Padahal Henny sudah memohon-mohon agar bisa membantu. Henny sendiri sudah langsung membayar administrasi untuk biaya tindakan terhadap Debora di IGD.
"Saya sampai lipat tangan (memohon). Tapi sinis banget ngomongnya. Saya juga masih terus cari-cari, tapi tak ada empati sedikitpun," jelasnya.
Bayi Debora sempat hendak dipindahkan ke RS Koja atas bantuan dari teman Henny. Dokter RS Mitra Keluarga yang menangani Debora sempat berkomunikasi dengan dokter di RS Koja melalui sambungan telepon untuk mengetahui kondisi Debora.
Rencananya Debora akan dirujuk ke RS Koja yang memakai BPJS dan tersedia PICU. Namun belum sempat dirujuk, nyawa bayi bernama lengkap Tiara Debora Simanjorang tak bisa diselamatkan.
"Saya sudah janji lho, saya akan bayar. Yang penting masukin dulu anak saya ke PICU nya. Mereka nggak denger sampai akhirnya anak saya pergi," kisah Henny sambil terisak sedih.
Bukan hanya itu saja. Henny juga mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan lainnya dari pihak rumah sakit. Tepatnya saat Debora sudah dinyatakan meninggal dan hendak dibawa pulang ke rumah.
"Ada suster datang bilang, SOP nya jenazah dari rumah sakit harus pakai ambulans. Saya bilang jangan ngomong SOP. Kalau ada SOP harusnya anak saya kalian selamatkan dulu. Saya bawa dengan motor," ujar Henny.
"Susternya langsung melengos. Dokter datang bilang turut belasungkawa tapi terus langsung pergi, nggak jelasin kenapa anak saya pergi (meninggal)," tambah dia.
Pihak RS Mitra Keluarga Kalideres sempat datang ke rumah Henny dan suaminya, Rudianto Simanjorang. Mereka menyatakan datang ingin menyampaikan dukacita.
"Saya nggak nyalahi dokternya. Tapi kejam banget mereka itu. Pas dari rumah sakit ada yang datang, saya bilang ke mereka sorry to say ya, tapi tolong cek karyawan kalian, cek lah, gimana empatinya. Saya kerja di bidang jasa juga, mereka ngga ada seperti itu (berempati)," papar Henny.
"Ada dari rumah sakit yang datang itu ibu-ibu, saya bilang gimana rasanya kalau seperti saya. Kalian pasti punya anak kan. Ada empati nggak sih kalian sama saya," tambahnya.
Pihak RS Mitra Keluarga sudah memberikan keterangan soal kasus ini. Mereka menepis kabar pihaknya tak mau merawat Debora karena kurangnya uang muka.
"Ibu pasien mengurus di bagian administrasi, dijelaskan oleh petugas tentang biaya rawat inap ruang khusus ICU, tetapi ibu pasien menyatakan keberatan mengingat kondisi keuangan," demikian penggalan rilis media RS Mitra Keluarga soal bayi Debora yang dikutip dari situs mitrakeluarga.com, Sabtu (9/9). (dtc)