Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Badung. Indonesia dan Amerika Serikat (AS) membuat grup kerja untuk membahas penerbangan di Papua. Pembahasan itu mengarah pada investasi dalam infrastruktur dan operasional penerbangan di Bumi Cendrawasih.
"Penerbangan sebenarnya adalah moda transportasi utama di sebagian besar wilayah Papua. Namun dengan semua kondisi geografis tersebut menyulitkan kita untuk menyiapkan fasilitas dan infrastruktur penerbangan," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara (Hubud) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Agus Santoso.
Agus menyampaikan hal ini dalam acara Indonesia-US Aviation Working Group (AWG) yang dilaksanakan di Hotel Novotel Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Selasa (19/9/2017). Turut hadir dalam acara ini Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R Donovan, Otoritas Penerbangan AS (FAA), United States Trade and Development Agency (USTDA), AirNav Indonesia, Angkasa Pura I dan 15 perusahaan bidang penerbangan dari AS.
"Kondisi geografis di Papua banyak terdapat lembah dan pegunungan tinggi. Wilayahnya sangat luas mencapai 421.981 kilometer persegi namun penduduknya sangat sedikit yaitu 2,3 juta orang. Penduduk tersebut bertempat tinggal menyebar di pegunungan dan daerah terpencil," tambah Agus.
Agus berharap pertemuan AWG ini dapat membantu mengembangkan keselamatan penerbangan sipil di Papua terkait sarana dan prasarana. AWG sudah dilaksanakan selama beberapa tahun, Agus menyatakan forum ini dapat menjadi evaluasi dari kerja sama yang sudah dilakukan untuk membuat rencana perbaikan di masa depan.
"Diskusi strategis antara RI-AS ini diharapkan dapat menghasilkan jalan keluar terbaik dalam meningkatkan keselamatan penerbangan di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya di Papua," ujar Agus.
AS mengapresiasi kerjasama AWG ini. Terutama dalam pembahasan pengembangan infrastruktur, modernisasi AirNav, keamanan penerbangan dan beberapa fasilitas fisik serta prosedur pengembangan yang diperlukan untuk keselamatan, keamanan dan efisiensi sektor penerbangan, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur.
"Hari ini, kita merayakan kemitraan yang baru antara perusahaan terkemuka Amerika yaitu USTDA. USTDA memberikan dana hibah dari Boeing untuk melakukan studi di daerah timur Indonesia. Dana hibah USTDA digunakan untuk mendukung usaha pemerintah dalam meningkatkan keselamatan penerbangan dan mendukung peningkatan ekonomi di daerah Papua dan Maluku, ujar Dubes Donovan.
Pertemuan AWG kali ini dibagi dalam empat panel yang masing-masing diisi dengan pemaparan dan tanya jawab. Panel pertama tentang pandangan umum penerbangan di Indonesia Timur, dan Papua pada khususnya.
Dengan panelis Direktur Navigasi Ditjen Hubud Yudhisari Sitompul, Direktur KUPPU Muzzafar Ismail, Direktur LPPNPI/ AirNav Indonesia Novie Riyanto dan perwakilan dari Boeing, Sam Bolooki, dan Howard Morris.
Panel kedua tentang perspektif industri maskapai penerbangan diisi oleh perwakilan maskapai Susi Air, MAF, Trigana dan Garuda. Panel ketiga tentang tekhnologi penerbangan masa depan yang diisi oleh Tim dari AS yakni dari FAA dan GE Aviation. Panel keempat tentang tantangan bidang penerbangan di Indonesia Bagian Timur yang diisi oleh perwakilan dari Angkasa Pura I, KNKT dan BMKG. (dtf)