Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Yangon. Ribuan warga Rohingya terjebak di desa-desa muslim di Rakhine, Myanmar karena tak mendapat 'izin' untuk mengungsi. Otoritas Myanmar menolak permohonan warga dua desa terpencil Rohingya yang meminta diberi perlindungan saat mengungsi.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (20/9), warga dua desa Rohingya itu menyatakan ingin mengungsi, tapi membutuhkan perlindungan pemerintah dari warga Rakhine penganut Buddha yang mengancam akan membunuh mereka.
Warga Rohingya di dua desa itu juga menyebut mereka kekurangan persediaan pangan sejak 25 Agustus, saat militan Rohingya melancarkan serangan mematikan terhadap puluhan pos polisi dan pangkalan militer Myanmar. Serangan itu memicu operasi militer besar-besaran.
Sedikitnya 420 ribu warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh untuk menghindari konflik. Ribuan warga Rohingya di dua desa terpencil itu juga ingin mengungsi dan meminta dibukakan jalur aman oleh militer Myanmar, karena mereka khawatir dengan warga Buddha di Rakhine.
Menanggapi permintaan itu, sekretaris pemerintah negara bagian Rakhine, Tin Maung Swe, menyatakan permintaan dari dua desa Rohingya itu tidak bisa dikabulkan. Alasannya, kedua desa itu memiliki persediaan beras yang cukup dan mereka dilindungi oleh pos kepolisian di dekatnya.
"Alasan-alasan mereka tidak bisa diterima. Mereka harus tetap tinggal di tempat asal mereka," tegas Maung Swe.
Maung Swe menyatakan Reuters tidak bisa mengunjungi area itu karena alasan keamanan. Namun dia menegaskan, otoritas setempat terus menaksir kebutuhan warga desa di area itu. "Jika mereka butuh makanan, kami siap mengirimkannya. Jangan khawatir," tandasnya.
Warga desa Ah Nauk Pyin, salah satu desa Rohingya itu, berharap bisa dipindahkan ke kamp penampungan di luar Sittwe, Rakhine yang lebih aman. Namun Maung Swe menyatakan hal itu tidak mungkin dilakukan karena bisa memancing kemarahan warga Buddha di Rakhine dan memperburuk situasi.
Warga desa Ah Nauk Pyin menyatakan mereka tidak punya pilihan lain selain tetap tinggal. Hubungan mereka dengan warga Rakhine yang menganut Buddha bisa saja memanas dan pecah menjadi konflik baru.
Sebelumnya, pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, dalam pidato terbarunya menyebut mayoritas warga muslim di Rakhine tidak ikut eksodus ke Bangladesh. Suu Kyi juga menyebut lebih dari 50 persen desa-desa muslim di Rakhine masih utuh. Dia bahkan mendorong para diplomat asing untuk mempelajari mengapa area tertentu di Rakhine tetap bisa hidup damai.
"Kami bisa mengatur kunjungan Anda ke area-area ini dan menanyakan kepada mereka, untuk Anda, soal mengapa mereka tidak kabur ... bahkan saat situasi di sekeliling mereka terlihat kacau," ucap Suu Kyi dalam pidato publik pada Selasa (19/9) kemarin.
Sekitar 2.700 orang tinggal di desa Ah Nuk Pyin yang terletak sedikit tersembunyi di antara pepohonan buah-buahan dan pohon kelapa di semenanjung setempat. Warga desa itu menyebut pria-pria Rakhine lainnya melontarkan ancaman via telepon dan bahkan nekat berkumpul di luar desa sambil berteriak 'Pergi atau kami bunuh kalian semua'. (dtc)