Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Belakangan ini startup dengan layanan jasa keuangan berbasis teknologi atau financial technology (fintech) marak beredar. Namun sayangnya startup tipe ini masih belum begitu dilirik investor.
Dalam laporan riset bertajuk Indonesia Venture Capital Outlook 2017 yang digagas Google dan firma AT Kearney dan Google tercatat porsi investasi modal ventura ke fintech baru mencapai 1%. Angka tersebut didapat dalam kurun waktu lima tahun terakhir atau dari tahun 2012 ke tahun 2017.
Sementara itu, bila menilik laporan Google dan AT Kearney, ada dua sektor yang paling banyak mendapat porsi investasi, yakni e-commerce dengan porsi 58% dan transportasi dengan porsi 38%. Bila dirinci lebih detail, Indonesia punya tiga pemain dengan jumlah investasi besar-besaran, yakni Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka.
Dari ketiga pemain yang disebutkan, jelas Go-Jek menjadi startup dengan nilai investasi paling besar, yakni USD 1,8 miliar. Menyusul Tokopedia dengan nilai USD 1,4 miliar dan Traveloka di USD 800 juta.
Meski mendapat investasi paling rendah, bukan berarti fintech tak bisa seperti role startup yang lain. Menurut Mifza Muzayan, Sales Operation & Strategy Lead Google Indonesia, investor biasanya mencari segmen yang belum banyak orang masuk dan punya nilai yang rendah tapi berpotensi punya kelipatan yang tinggi.
"Faktor kedua mungkin alasannya memang sudah ada beberapa startup di fintech yang sudah lumayan established. Pemerintah juga melalui OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sudah mulai menerima perkembangan dari sisi teknologi," ujar Mifza di Jakarta.
Dari hasil survei yang dilakukan kepada 25 pelaku usaha modal ventura, baik dari dalam maupun luar negeri tercatat sebanyak 67% responden menilai fintech bakal melejit di masa depan. Selain fintech adapula startup dengan segmen healthcare yang juga menjadi sorotan, dengan persentase 25%. (dtn)