Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - New York. Otoritas Rusia melontarkan reaksi keras yang menyindir Amerika Serikat (AS) terkait isu nuklir Korea Utara (Korut). Rusia menyebut histeria militer atas rudal dan nuklir Korut hanya akan mengarah pada bencana.
"Kami secara tegas mengecam ambisi rudal dan nuklir Pyongyang," ucap Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, saat berpidato dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, seperti dilansir AFP, Jumat (22/9).
"Tapi histeria militer bukan hanya jalan buntu, tapi bencana," imbuhnya.
Menlu Lavrov berpidato di depan negara-negara anggota PBB sekitar dua hari setelah Trump menyampaikan pidato perdananya. Dalam pidato yang banyak dikritik itu, Trump mengancam akan membawa 'kehancuran total' pada Korut, jika rezim komunis itu tetap mengancam AS dan sekutunya.
Ancaman rudal dan nuklir Korut memang mendominasi forum tahunan yang dihadiri para pemimpin dunia ini. Terjadi perbedaan pendapat di antara negara-negara PBB soal bagaimana cara menghadapi Korut. AS menegaskan pihaknya memiliki banyak opsi untuk Korut, termasuk opsi militer.
Rusia sendiri selalu meyakini bahwa krisis Korut hanya bisa diselesaikan melalui dialog. "Tidak ada cara alternatif selain cara politik dan diplomatik untuk menyelesaikan situasi nuklir (di Semenanjung Korea)," sebut Lavrov di depan negara-negara anggota PBB.
Lebih lanjut, Lavrov mengajak negara-negara di dunia untuk mendukung proposal gabungan Rusia dan China yang mengupayakan dialog bagi penyelesaian isu Korut. Rusia dan China menyusun rencana perundingan dengan Korut, yang salah satu isinya mengatur pembekuan uji coba rudal dan nuklir Korut sebagai balasan atas penghentian latihan militer gabungan AS dan Korea Selatan (Korsel).
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, menyebut proposal itu sungguh 'menghina'.
Beberapa minggu terakhir, Korut menggelar uji coba nuklir keenam dan meluncurkan rudal balistik antarbenua. Rezim komunis itu beralasan pihaknya perlu melakukan uji coba itu untuk mempertahankan diri dalam menghadapi kekejian AS dan sekutu-sekutunya. (dtc)