Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Hepatitis adalah salah satu penyakit menular yang banyak ditakutkan orang karena ketidaktahuan mereka. Dari banyak tipe hepatitis, hepatitis B dan C termasuk yang kronis dan sulit diobati dibandingkan hepatitis A. Tapi perlukah orang yang ketahuan memiliki virus hepatitis kronis ini merasa takut berlebihan?
Dijelaskan oleh dokter penyakit dalam Dr dr Rino Alvani Gani, penularan virus hepatitis B dan C tidak semudah dan secepat yang dibayangkan.
"Itu stigma kayaknya. Ada yang bilang penularan hepatitis yang kronis ini lebih cepat dari HIV-AIDS. Penularannya memang hanya melalui darah. Tapi, bukan berarti sembarangan orang bisa tertular," katanya dalam diskusi media Ngobras, di bilangan Cikini, Jakarta, Jumat (29/9/2017).
Orang yang memiliki virus Hepatitis B di Indonesia menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) sebanyak 7,2% dari jumlah penduduk, sementara Hepatitis C sebanyak 1%. Dari jumlah tersebut, hanya 30% yang akan berakhir dengan sirosis atau kerusakan hati. Sementara yang lain hanya mengalami penurunan fungsi hati. Tidak sedikit juga yang tidak mengalami masalah sehingga tidak mengalami penurunan performa juga memerlukan pengobatan.
"Orang yang memiliki virus hepatitis B atau C belum tentu alami kerusakan hati. Beberapa kasus virus itu dorman dan hanya aktif kalau dibangkitkan dengan kebiasaan tidak sehat yang merusak hati," katanya.
Jikalau ada orang terdekat yang positif Hepatitis B dan C dan memerlukan pengobatan, sekarang telah tersedia obat-obatan yang bisa mencegah perburukan penyakitnya.
"Memang seperti hepatitis B belum ada obatnya. Pada kebayakan pasien harus minum obat jangka panjang, bahkan seumur hidup. Tapi itu bukan masalah, yang penting kontrol terus agar hatinya tidak mengalami kerusakan. Hepatitis C lebih top lagi pengobatannya, karena bisa 98%-100% disembuhkan. Jadi apa yang musti ditakutkan? Yang jadi masalah banyak yang enggak ketahuan, sehingga enggak diobatin, jadi lebih buruk," jelasnya.
Risiko tertular virus Hepatitis B dan C tinggi adalah pada anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi virus tersebut, petugas kesehatan yang sering bersinggungan dengan darah, mereka yang pernah menggunakan narkotika suntik, orang dengan anggota keluarga yang mengidap hepatitis sirosis atau kanker hati, mereka yang transfusi darah sebelum 1950 di mana skrining hepatitis belum bagus, mereka yang mendapat transfusi darah secara rutin, termasuk mereka yang sedang menjalani cuci darah atau hemodialisis. (dcn)