Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com- Samosir. Kegagalan Geopark Kaldera Danau Toba masuk ke dalam UNESCO Global Geopark (UGG) tahun 2015 menjadi cambuk bagi Sumatera Utara. Meskipun masih terbuka peluang meraih pengakuan dari UNESCO tahun ini, namun perlu usaha keras yang harus dilakukan pemerintah pusat, daerah maupun masyarakat, khususnya di 7 kabupaten/kota kawasan Danau Toba.
Pada November mendatang merupakan batas waktu penilaian terhadap Geopark Kaldera Danau Toba apakah layak menjadi warisan dunia.
Manager Area Geopark Samosir Wilmar Simanjorang saat dijumpai di Pusat Informasi Sigulati, Samosir mengaku pihaknya terus berupaya untuk memenuhi 5 rekomendasi UNESCO agar Geopark Kaldera Toba masuk ke dalam UGG, meskipun di tengah keterbatasan anggaran yang ada.
Diakui Wilmar, kontribusi Pemkab Samosir untuk kesuksesan UGG patut mendapat acungan jempol. Pada tahun 2017 ini pihaknya mendapat kucuran dana dari APBD Rp 500 juta. Selain itu, pada PAPBD 2017 ini, Pemkab Samosir telah menganggarkan Rp 300 juta.
Selain itu, pihaknya juga mendapat kucuran dana CSR dari PT Inalum Rp1,5 miliar. Hanya, hingga saat ini baru dikucurkan Rp 200 juta.
"Jadi selama ini yang kita kerjakan untuk mengisi fasilitas kantor kita, membuat panel-panel geo site, geo poin, dan operasional lainnya dari anggaran yang sudah dikucurkan itu,"ujar Wilmar kepada wartawan, Minggu (1/10/2017).
Diterangkan Wilmar, pihaknya telah melaksanakan panduan salah satunya melakukan edukasi kepada publik (Geopark To Public) mencangkup sekolah (geopark to school), pertemuan dengan pihak gereja, tokoh masyarakat, sebagaimana salah satu rekomendasi UNESCO.
Sangat disinggung kesiapan Geo Area Samosir dalam mensukseskan Global Geopark Network (GGN), Wilmar mengaku tidak ingin berandai-andai. Menurutnya, keberhasilan Geopark Kaldera Danau Toba menjadi GGN nantinya tak lepas dari kesiapan dan dukungan geo area lainnya, yaitu Geo Area Porsea, Geo Area Haranggaol, dan Sibandang. Geo Area Samosir bersama ketiga geo area tersebut harus bersinerji untuk memenuhi rekomendasi UNESCO.
Lebih lanjut dikatakan Wilma, selain persoalan pengakuan UNESCO, ada hal tak kalah pentingnya adalah multi player effect atas pembangunan geopark yang akan mendorong perekonomian masyarakat lewat konservasi alam, budaya, adat istiadat, pendidikan, pariwisatanya dengan melibatkan masyarakat.
"Sertifikat itu perlu karena banyak bisa promosikan karena milik dunia. Tapi kalau tidak bisa kita dapat tahun ini setidaknya dengan pembangunan yang berdasarkan geopark sangat baik. Paling tidak masih adalah secercah harapan dan kita harus kerja keras agar tahun ini diakui UNISCO," pungkasnya.
Kepala Pelaksana Badan Otorita Danau Toba Arie Prasetyo masih optimisi bahwa Geopark Kaldera Danau Toba akan diakui UNESCO tahun ini. Saat ini tim geopark sedang dalam penyiapan dossier 5 rekomendasi UNESCO.
"Kita lihat dari Pemprovsu juga telah turun. Kita punya grup whatsapp yang saya lihat juga cukup aktif menyampaikan laporan tentang perkembangan geopark ini," ujarnya.
Dikatakan Ari, kawasan Danau Toba cukup luas, oleh karenanya perlu adanya skala prioritas.
“Kita pilih tiga sampai lima yang dapat mewakili secara keseluruhan dan fokus kita kerjakan keroyokan. Kita butuh sukses-sukses story agar kita lebih percaya diri mengembangkan Pariwisata. Prosesnya harus butom up, pemerintah pusat dan daerah harus serius termasuk juga masyarakat," pungkasnya.