Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Lilongwe. Tak hanya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menarik stafnya, Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) juga menarik sementara relawannya dari Malawi karena isu vampir. Masalahnya, isu ini memicu aksi kekerasan massal terhadap orang-orang yang diyakini sebagai pengisap darah.
Seperti dilansir news.com.au dan media lokal Malawi, Nyasa Times, Selasa (10/10), Kedubes AS di Malawi telah menarik sementara tim relawan Pasukan Perdamaian dari empat distrik yang berbatasan dengan Mulanje, Malawi bagian selatan.
Diketahui ada lebih dari 2.400 relawan Pasukan Perdamaian AS yang bertugas di Malawi sejak program itu dibentuk tahun 1963. Para relawan AS itu bertugas di sektor pendidikan, lingkungan dan kesehatan. Tidak diketahui pasti jumlah relawan yang ditarik sementara.
Kedubes AS merilis peringatan keamanan tertanggal 29 September 2017. Isinya selain soal penarikan tim relawan, juga soal imbauan agar para staf dan warga AS yang ada di Malawi untuk tidak mengunjungi area yang rawan aksi kekerasan karena rumor vampir.
"Aksi main hakim sendiri tengah berlangsung yang dipicu rumor beberapa orang berusaha mengisap darah dari warga setempat untuk praktik ritual," demikian sebut Kedubes AS dalam pernyataannya soal penyebab larangan berkunjung ke wilayah tertentu di Malawi.
"Kami mengimbau dengan tegas kepada warga AS untuk menghindari bepergian ke distrik Mulanje dan waspada jika bepergian ke distrik Thyolo, Chiradzulu dan Phalombe. Pasukan Perdamaian Amerika Serikat telah menarik sementara para relawannya dari distrik-distrik itu," imbuh pernyataan Kedubes AS pada 2 Oktober lalu.
Sejak pertengahan September hingga awal bulan ini, enam orang dilaporkan tewas setelah dihakimi massa yang menduga mereka sebagai vampir pengisap darah. Warga setempat yang masih percaya takhayul meyakini isu itu benar adanya dan menyerang orang-orang yang diduga vampir.
Kepolisian setempat telah menegaskan isu vampir pengisap darah itu tidak ada buktinya. Bahkan lebih dari 100 polisi antihuru-hara dikerahkan ke wilayah-wilayah yang menjadi lokasi serangan. Namun hal ini tidak menghentikan kekhawatiran dan ketakutan warga lokal, yang memasang pembatas jalan dan menyerang orang-orang yang dicurigai sebagai vampir.
Malawi yang terletak di Afrika Tenggara ini cukup rutin dilanda isu keberadaan vampir dari tahun ke tahun. Kepercayaan warga pada ilmu sihir cukup besar dan standar pendidikan di negara ini sangat rendah. Kekhawatiran akan vampir pun mengakar di dalam budaya lokal Malawi. (dtc)