Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Doloksanggul. Sekitar tahun 2010-2012, masyarakat yang tinggal di Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) menggantungkan hidup dengan memanfaatkan gambut yang dijadikan sebagai salah satu bahan bakar.
Gambut, dijual ke PT Toba Pulp Lestari (TPL) Tbk dengan harga yang cukup menjanjikan. Harganya saat itu Rp 400.000 sampai Rp 500.000 per truk.
Namun, dengan dikeluarkannya regulasi oleh pemerintah Humbahas bahwa adanya larangan penambangan areal gambut, masyarakat pun harus mencari alternatif lain. Alasannya lahan gambut memiliki fungsi yang sangat strategis sebagai resapan air.
Meski penghasilan masyarakat tak secemerlang saat menambang gambut, masyarakat kemudian mencoba peruntungan dengan menambang fosil kayu yang tertanam selama ratusan tahun. Bahkan ribuan tahun dipergunakan untuk bahan baku arang. Dari bisnis ini, pendapatan masyarakat pun tak secemerlang bisnis sebelumnya. Satu goni arang dihargai Rp 60.000 sampai Rp 90.000.
P Nababan (47), warga Desa Nagasaribu, Kecamatan Lintongnihuta menjelaskan, proses pembuatan arang diperlukan 3 sampai 4 jam. Untuk membat arang juga masih tergantung terhadap cuaca. "Kalau cuaca baik, tak musim hujan, saya bisa kantongi Rp 120 ribu. Harga satu kantong plastik arang Rp 60 ribu," katanya saat ditemui Medanbisnisdaily.com akhir pekan lalu.
Katanya, dengan cuaca yang sering hujan belakangan ini ia pun kesulitan mendapatkan bahan baku. Kayu, katanya, sebagai bahan baku yang ditemui basah. Cuaca yang hujan juga membuat proses pembakaran menjadi lambat. "Kalau sudah hujan, yang dihasilkan cuma 2 kantong plastik," ucapnya.
Ia bercerita, dulunya bisnis arang ini sangat menguntungkan. Bahkan, sebagian masyarakat menggantungkan hidup dengan membuat arang. Ia bisa meraup omzet Rp 300.000 per minggu. Pembeli arang di desa itu umumnya adalah pandai besi. Lambat laun, permintaan berkurang tat kala pandai besi pun lebih memilih menggunakan peralatan modern. Kurangnya permintaan arang membuat masyarakat tak lagi menjadikan
sebagai mata pencarian utama.