Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Berbicara di hadapan para pimpinan institusi di Sumatera Utara yang hadir pada acara pengukuhan Sat gas Pemberantasan dan Pencegahan Penggunaan serta Peredaran Gelap Kabupaten/Kota di Sumut di Pendopo Lapangan Merdeka Medan, Kamis (19/10/2017), Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso mengungkapkan fakta-fakta mencengangkan alias mengerikan terkait peredaran narkoba di Indonesia.
Kata Budi Waseso alias Buwas, Indonesia merupakan pasar menggiurkan bagi para produsen narkoba di seluruh dunia. Itu sebabnya segala jenis narkoba atau obat-obat terlarang ada beredar di Indonesia.
Namun demikian dari 348 jenis narkoba yang diidentifikasi di dunia belum semuanya berhasil ditemukan BNN bersama aparat berwenang lainnya. Yang "terbaru" adalah Partai PCC yang sempat menghebohkan yang sesungguhnya sudah dilarang peredarannya pada 2013.
Demikian meluasnya peredaran narkoba di Indonesia sehingga mencatatkan saat ini secara keseluruhan terdapat enam juta lebih pecandu. Angka tersebut merupakan data 2016.
"Dengan jumlah pecandu sebanyak itu, setidaknya 300 ton sabu setiap tahunnya beredar di Indonesia," tugas Buwas.
Dalam hal penurunan jumlah pecandu di Indonesia, pemerintah disebutkan kalah cepat dari para produsen. Melalui proses rehabilitasi setiap tahunnya maksimal 3000 pecandu yang berhasil disembuhkan. Sementara pihak produsen dengan agresif melakukan regenerasi pangsa pasar. Sebesar 10% dari hasil perdagangan mereka diperuntukkan bagi regenerasi pembeli.
Saat ini, ungkap Buwas, terdapat 72 jaringan peredaran narkoba di Indonesia. Dengan lima pintu masuk utama, yakni Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Adalah sebelas negara di dunia yang merupakan asal narkoba di Indonesia.
"Bersama beberapa deputy BNN, kepada saya Kementerian Narkoba Tiongkok berkata 250 ton sabu dari China masuk ke Indonesia tahun 2016," ujar Buwas.
Salah satu cara menurunkan jumlah peredaran narkoba di Indonesia, tegas Buwas, adalah dengan cara menekan demand atau permintaan. Itu sebabnya kepada anak-anak harus diinformasikan sejak dini tentang bahaya narkoba.
"Kalau permintaan turun, supply juga akan mati," kata Buwas.